coursor

Hetalia: Axis Powers - Taiwan

Sabtu, 18 Mei 2013

HAMA GUDANG



BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan pangan nasional beras perlu diimbangi dengan penanganan pascapanen yang baik. Penyimpanan merupakan salah satu mata rantai penanganan pascapanen yang sangat penting. Produk pertanian yang dihasilakan oleh petani perlu disimpan dalam jangka waktu tertentu sebelum sampai pada konsumennya. Hal ini berkaita dengan ketersediaan bahan pangan dimana saat musim panen ketersediaan bahan pangan melimpah, sehingga menyebabkan sebagian beser harus disimpan untuk dapat digunakan pada waktu yang lain. Akan tetapi dalam penyimpanan sering terjadi kehilagan atau penurunan bahan pangan yang disimpan, hal ini disebabkan oleh adanya hama dalam pasca panen atau sering disebut hama gudang. Kehilangan hasil akibat hama pasca paen pada biji – bijian diperkiraka mencapai 10 – 37%. Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama – hama yang menyerang di lapangan, hal ini berkaitan dengan ruang likup hidupnya yang terbatas yang tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula. Umumnya hama gudang yang serig dijumpai adalah dari golongan coleortera dan Lepidoptera. Serangga hama gudang menyerang bahan-bahan pangan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan. Selain komoditi yang berbeda serangga hama gudang juga mempunyai siklus hidup yang berbeda, dalam hal ini yaitu waktu yang diperlukan untuk siklus hidupnya. Salah satu ciri spesifik dari serangga hama gudang adalah mengalami metamorfosis yang sempurna, yaitu dari telur, larva, pupa, dan imago.
Hama – hama yang terdapat dalam gudang tidak hanya menyerang produk yang baru dipanen saja melainkan juga produk industri hasil pertanian. Produk tanaman yang disimpa dalam gudang yang terserang hama tidak hanya terbatas pada produk biji – bijian melainkan juga produk berupa daun – daunan dan kayu – kayuan. Kacang hijau merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang rentan terhadap serangan hama gudang. Hama gudang yang sering menyerang biji kacang hijau adalah Callosobruchus chinensis. Hama ini tersebar di seluruh dunia terutama daerah tropis dan subtropis. Hama ini bersifat polifag, namun imagonya lebih menyukai komoditas kacang hijau. Hal ini dipengaruhi oleh kualitas benih yang sangat ditentukan oleh sifat fisik (kekerasan tekstur, permukaan biji, ukuran, bentuk dan ketebalan kulit biji). oleh sebab itu maka perlu penangana masalah hama gudang untuk mengurangi penurunan produk hasil pertanian yang berada dalam gudang karena serangan hama pasca panen.

1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang pada bahan-bahan simpanan di gudang dan mengetahui ciri-ciri morfologi serta gejala serangan yang ditimbulkannya.




















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Ordo Coleoptera adalah ordo yang terbesar dari serangga dan dapat ditemui pada bebagai habitat serta dapat beradaptasi dengan baik pada habitat subcortical (dibawah kulit kayu dan fungi. Anggota ordo ini ada yang bertindak sebagai hama namun ada pula yang bertindak sebagai predator bagi serangga lain termasuk hama, memiliki sayap depan yang menebal serta tidak memiliki vena sayap (Rioardi, 2009).
Ordo Lepidoptera atau bangsa kupu/ngengat dalam ordo ini hanya stadium larva saja yang bersifat hama karena memakan tumbuh-tumbuhan sehingga merupakan hama yang serius bagi tanaman budidaya namun beberapa diantaranya ada yang bersifat predator serangga dewasa umumnya bersifat sebagai pengisap madu, sayap terdiri dari dua pasang yang bersifat membranus dan ditutupi oleh sisik yang berwarna-warni (Rioardi, 2009).
Peningkatan produksi bahan pangan dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Namun yang tidak terelakkan hingga kini adalah adanya berbagai kendala dalam upaya meningkatkan hasil produksi pangan, salah satunya adalah serangan serangga dari Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada pasca panen. Serangga hama yang menyerang hasil panen pada bahan pangan di tempat penyimpanan (gudang) merupakan salah satu komponen yang merugikan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Ada beberapa spesies serangga yang meyerang hasil panen ditempat penyimpanan, antara lain Sitophilus oryzae pada pada beras, Tribolium castoneum pada tepung beras, dan Callosubrosus phaseoli pada kacang hijau (Hayata, 2010).
Untuk membebaskan bahan pangan yang berada di tempat penyimpanan dari serangan serangga hama gudang, upaya pengendalian yang hingga saat ini dianggap efektif adalah dengan cara fumigasi. Metil bromida dan etilen dibromida merupakan senyawa kimia yang telah lama digunakan dalam fumigasi karena efektif mengendalikan atau memberantas OPT di tempat penyimpanan. Akan tetapi, dari hasil penelitian diketahui bahwa kedua senyawa ini meninggalkan residu yang bersifat karsinogenik pada bahan yang difumigasi, dan penggunaannya tidak dianjurkan. Mengingat resiko yang ditimbulkan oleh senyawa fumigan seperti metil bromida dan etilen dibromida, maka perlu diupayakan metoda lain untuk mengendalikan hama gudang secara aman namun efektif. Salah satu alternatif yang dinilai aman dan efektif adalah dengan fumigasi menggunakan senyawa fosfin (Hayata, 2010).
Fumigasi adalah pengendalian hama dengan jalan memasukkan atau melepaskan fumigan ( Pestisida ) ke dalam ruangan tertutup atau kedap udara (gas tight) untuk beberapa waktu dalam dosis dan konsentrasi yang dapat  mematikan hama. Jenis bahan yang digunakan yaitu fosfin, fosfin adalah fumigan yang sangat baik, sebab hidrogen fosfida yang terkandung di dalamnya memiliki pergerakan molekul sangat tinggi yang memungkinkan terjadinya penetrasi dengan cepat ke dalam komoditas dan menuju serangga sasaran, di samping gas lebih mudah menguap/hilang dari komoditas setelah fumigasi berakhir (Hayata, 2010).
Serangga hama gudang yang umum menyerang komoditas simpananberas adalah kumbang (Coleoptera) dan ngengat (Lepidoptera), sisanya dari golongan Orthoptera dan Psocoptera. Serangga hama tersebut dapat menyebabkan kerusakan atau kerugian, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung bagi beras. Kerusakan langsung berupa pengurangan berat komoditas, berkurangnya daya simpan, penurunan nilai gizi dan kandungan nutrisi. Kerusakan tidak langsung seperti perpindahan kelembaban nisbi, pemanasan internal, pertumbuhan cendawan, serta kontaminasi terhadap bahan pangan yang disimpan (Pitaloka, dkk, 2012).
Secara prinsip terdapat 3 faktor yang memengaruhi komoditas bahan pangan yang disimpan terhadap keberadaan hama gudang, yaitu keadaan komoditas atau bahan simpan, kondisi gudangdan iklim mikrogudang yang memengaruhi laju kerusakan komoditas yang disimpan Andinya, 2007).





BAB 3. PEMBAHASAN
Salah satu serangga hama yang sangat potensial merusak biji kacang hijau di gudang adalah Callosobruchus chinensis. Hama yang menyerang kacang hujau ini termasuk golongan hama dari kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Family Bruchidae, Genus Callosobruchus, dan Spesies Callosobruchus chinensis. Serangga hama ini disebut kumbang biji. Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap depannya coklat kekuning-kuningan. Pada kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh 2,4 mm - 3 mm sedangkan kumbang betina mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49 mm. Imago betina dapat menghasilkan telur sampai 700 butir. Telur berbentuk lonjong agak transparan atau kekuning-kuningan atau berwarna kelabu keputih-putihan. Panjang telur 0,57 mm, berbentuk cembung pada bagian dorsal, dan rata pada bagian yang melekat pada biji. Telur diletakkan pada permukaan biji dan direkatkan dengan semacam perekat.
Gejala serangan dari hama Callosobruchus chinensis yaitu dimana setelah imago betina bertelur, maka telur diletakkan pada permukaan produk material yang akan diserang dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva adalah 10-13 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang, karena larva terus menggerek biji dan berada di dalam biji sampai menjadi imago. Setelah menjadi imago, maka lubang pada biji menjadi tempat keluar imago dari dalam biji.
Serangga hama Callosobruchus chinensis, dapat dikendalikan dengan menggunakan musuh alami hama ini (Anisopteromalus calandrae dan semut hitam). Musuh alaminya yang tidak lain berupa parasit parasitoid larva yaitu Anisopteromalus calandrae (Howard) dan Dinarmus basalis (Rondani) (Pteromalidae: Hymenoptera) yang biasanya juga menyerang Sitophilus sp. atau serangga lain yang tergolong bangsa kumbang. Jenis parasit tersebut biasanya menyerang kepompong. Semut juga dapat menyerang kumbang Callosobruchus chinensis dewasa, terutama yang abnormal atau yang hampir mati. Perangkap lampu atau lem dapat menangkap imago. Selain itu juga dapat dikendalikan dengan cara melakukan fumigasi.
     Selain ditemukan hama Callosobruchus chinensis pada kacang hijau yang rusak dalam praktikum ini juga ditemukan hama Tribolium confusum. Kumbang dewasa berbentuk pipih, oval, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur lonjong berwarna putih keuh dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih dan dihiasi warna kuning dengan panjang ± 3,5 mm. Periode telur sampai dewasa sekitar 6 minggu. Hama ini bertipe klavat atau sungut membesar keujung secara bertahap, bagian mata sempit. Hama ini tergolong dari Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Family Tenebrionidae, Genus Tribolium, dan Spesies Tribolium confasum. Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu pada biji terdapat lubang – lubang bekas gerekan dan sisa bekas gerekannya dalam bentuk bubuk atau serbuk halus, dan pada biji yang berlubang terdapat larva dari hama ini.
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan oleh hama ini dapat dilakukan dengan melakukan penjemuran terhadap komoditas simpanan pada waktu tertentu dengan pengeringan yang sempurna, sanitasi gudang, mengatur sirkulasi udara, dan kelembaban gudang. Pada dasarnya semua hama gudang yang menyerang produk hasil pertanian yang telah disimpan di gudang dapat dikendalikan dengan cara fumugasi. Fumigasi adalah pengendalian hama dengan jalan memasukkan atau melepaskan fumigan ( Pestisida ) ke dalam ruangan tertutup atau kedap udara (gas tight) untuk beberapa waktu dalam dosis dan konsentrasi yang dapat  mematikan hama. Fumigan adalah pestisida yang dalam suhu dan teknan tertentu berbentuk gas dan dalam dalam kosentrasi seta waktu tertentu dapat membunuh organismae penggangu tanaman, fumigan tidak menimbulkan resiko bagi kesehatan manusia dan hewan. Selain itu juga dapat mengunakan bahan alami seperti daun kengkeh dimana dapat dimanfaatnkan minyaknya untuk mengendalika hama Callosobruchus sp. Mekanisme penghambatan peneluran dan mortalitas dari minyak tumbuhan yang digunakan dipengaruhi oleh adanya senyawa-senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam bahan tumbuhan tersebut. Senyawa-senyawa aktif seperti eugenol yang terkandung di dalam E. aromatic dapat mengganggu proses bertelur dan perkembangan Callosobruchus sp pada kacang hijau serta mampu menyebabkan kematian.
Berikut adalah tabel dari keefektifan pengendalian dengan cara fumigasi yaitu :
Sumber : Hayata, 2010.
Fosfin adalah fumigan yang sangat baik, sebab hidrogen fosfida yang terkandung di dalamnya memiliki pergerakan molekul sangat tinggi yang memungkinkan terjadinya penetrasi dengan cepat ke dalam komoditas dan menuju serangga sasaran, di samping gas lebih mudah menguap/hilang dari komoditas setelah fumigasi berakhir. Fumigasi fosfin selama 24 jam sangat efektif membunuh serangga hama gudang. Kunci efektifitas fumigasi ini adalah lamanya waktu penetrasi gas ke dalam bahan yang cukup untuk mematikan serangga sasaran. perpanjangan waktu akan memberikan hasil yang lebih baik karena akan membunuh serangga pada tahapan muda (immature) yang sangat tahan sekalipun. Dari hasil yang diperoleh pada percobaan ini terungkap bahwa bila dilakukan sesuai dengan dosis anjuran dan tempat yang kedap udara fumigasi fosfin selama 24 jam telah efektif membunuh serangga hama secara total, dan tidak perlu lagi memperpanjang waktu sampai 48 jam atau 72 jam.





























BAB 4. KESIMPULAN
Hama gudang yang ditemukan pada komoditi kacang hijau pada praktikum ini ada dua jenis hama yaitu hama Callosobruchus chinensis dan hama Tribolium confusum.gejala yang diakibatkan oleh hama ini yaitu pada biji akan kropos akibat dari gerekan hama ini. Pengendalian dari kedua hama ini dapat dilakukan dengan cara fumigasi. Fumigasi adalah pengendalian hama dengan jalan memasukkan atau melepaskan fumigan ( Pestisida ) ke dalam ruangan tertutup atau kedap udara (gas tight) untuk beberapa waktu dalam dosis dan konsentrasi yang dapat  mematikan hama.





















DAFTAR PUSTAKA
Adinya. 2007. Pengujian Resistensi Tribolium Castaneum Herbst. (Coleoptera: Tenebronidae), Rhyzopertha Dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae), Cryptolestes Sp. (Coleoptera: Laemopholidae) Terhadap Fosfin Dan Keragaan Relatif Strain Resisten. Ilmu pertanian 5(1) : 34 – 41.

Hayata. 2010. Pengaruh Fosfin (Ph3) Terhadap Mortalitas Beberapa Hama Gudang. Agronomi 9(2): 107-109.

Pitaloka. Dkk. 2012. Gambaran Beberapa Faktor Fisik Penyimpanan Beras, Identifikasi Dan Upaya Pengendalian Serangga Hama Gudang. Kesehatan Masyarakat 12) :  218 - 217

Rioardi. 2009. Ordo – Ordo Serangga. Kanisius. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar