BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pemenuhan kebutuhan
pangan nasional beras perlu diimbangi dengan penanganan pascapanen yang baik.
Penyimpanan merupakan salah satu mata rantai penanganan pascapanen yang sangat
penting. Produk pertanian yang dihasilakan oleh petani perlu disimpan dalam
jangka waktu tertentu sebelum sampai pada konsumennya. Hal ini berkaita dengan
ketersediaan bahan pangan dimana saat musim panen ketersediaan bahan pangan
melimpah, sehingga menyebabkan sebagian beser harus disimpan untuk dapat
digunakan pada waktu yang lain. Akan tetapi dalam penyimpanan sering terjadi
kehilagan atau penurunan bahan pangan yang disimpan, hal ini disebabkan oleh
adanya hama dalam pasca panen atau sering disebut hama gudang. Kehilangan hasil
akibat hama pasca paen pada biji – bijian diperkiraka mencapai 10 – 37%. Hama
gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama – hama yang
menyerang di lapangan, hal ini berkaitan dengan ruang likup hidupnya yang
terbatas yang tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula.
Umumnya hama gudang yang serig dijumpai adalah dari golongan coleortera dan
Lepidoptera. Serangga hama gudang menyerang bahan-bahan pangan tertentu yang sesuai
dengan kebutuhan. Selain komoditi yang berbeda serangga hama gudang juga mempunyai siklus hidup yang berbeda, dalam
hal ini yaitu waktu yang diperlukan untuk siklus hidupnya. Salah satu ciri
spesifik dari serangga hama gudang adalah mengalami metamorfosis yang sempurna,
yaitu dari telur, larva, pupa, dan imago.
Hama – hama yang
terdapat dalam gudang tidak hanya menyerang produk yang baru dipanen saja
melainkan juga produk industri hasil pertanian. Produk tanaman yang disimpa
dalam gudang yang terserang hama tidak hanya terbatas pada produk biji – bijian
melainkan juga produk berupa daun – daunan dan kayu – kayuan. Kacang hijau
merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang rentan terhadap serangan
hama gudang. Hama gudang yang sering menyerang biji kacang hijau adalah
Callosobruchus chinensis. Hama ini tersebar di seluruh dunia terutama daerah
tropis dan subtropis. Hama ini bersifat polifag, namun imagonya lebih menyukai
komoditas kacang hijau. Hal ini dipengaruhi oleh kualitas benih yang sangat
ditentukan oleh sifat fisik (kekerasan tekstur, permukaan biji, ukuran, bentuk
dan ketebalan kulit biji). oleh sebab itu maka perlu penangana masalah hama
gudang untuk mengurangi penurunan produk hasil pertanian yang berada dalam
gudang karena serangan hama pasca panen.
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
jenis-jenis hama yang menyerang pada bahan-bahan simpanan di gudang dan
mengetahui ciri-ciri morfologi serta gejala serangan yang ditimbulkannya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Ordo Coleoptera
adalah ordo yang terbesar dari serangga dan dapat ditemui pada bebagai habitat serta
dapat beradaptasi dengan baik pada habitat subcortical (dibawah kulit kayu dan
fungi. Anggota ordo ini ada yang bertindak sebagai hama namun ada pula yang bertindak
sebagai predator bagi serangga lain termasuk hama, memiliki sayap depan yang
menebal serta tidak memiliki vena sayap (Rioardi, 2009).
Ordo Lepidoptera
atau bangsa kupu/ngengat dalam ordo ini hanya stadium larva saja yang bersifat
hama karena memakan tumbuh-tumbuhan sehingga merupakan hama yang serius bagi
tanaman budidaya namun beberapa diantaranya ada yang bersifat predator serangga
dewasa umumnya bersifat sebagai pengisap madu, sayap terdiri dari dua pasang
yang bersifat membranus dan ditutupi oleh sisik yang berwarna-warni (Rioardi, 2009).
Peningkatan produksi bahan pangan
dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Namun yang tidak terelakkan
hingga kini adalah adanya berbagai kendala dalam upaya meningkatkan hasil
produksi pangan, salah satunya adalah serangan serangga dari Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada pasca panen. Serangga hama yang menyerang hasil
panen pada bahan pangan di tempat penyimpanan (gudang) merupakan salah satu
komponen yang merugikan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Ada beberapa
spesies serangga yang meyerang hasil panen ditempat penyimpanan, antara lain Sitophilus
oryzae pada pada beras, Tribolium castoneum pada tepung
beras, dan Callosubrosus phaseoli pada kacang hijau (Hayata,
2010).
Untuk
membebaskan bahan pangan yang berada di tempat penyimpanan dari serangan
serangga hama gudang, upaya pengendalian yang hingga saat ini dianggap efektif
adalah dengan cara fumigasi. Metil bromida dan etilen dibromida merupakan
senyawa kimia yang telah lama digunakan dalam fumigasi karena efektif
mengendalikan atau memberantas OPT di tempat penyimpanan. Akan tetapi, dari
hasil penelitian diketahui bahwa kedua senyawa ini meninggalkan residu yang
bersifat karsinogenik pada bahan yang difumigasi, dan penggunaannya tidak
dianjurkan. Mengingat resiko yang ditimbulkan oleh senyawa fumigan seperti
metil bromida dan etilen dibromida, maka perlu diupayakan metoda lain untuk
mengendalikan hama gudang secara aman namun efektif. Salah satu alternatif yang
dinilai aman dan efektif adalah dengan fumigasi menggunakan senyawa fosfin (Hayata,
2010).
Fumigasi adalah
pengendalian hama dengan jalan memasukkan atau melepaskan fumigan ( Pestisida )
ke dalam ruangan tertutup atau kedap udara (gas tight) untuk beberapa waktu
dalam dosis dan konsentrasi yang dapat
mematikan hama. Jenis bahan yang digunakan yaitu fosfin, fosfin adalah
fumigan yang sangat baik, sebab hidrogen fosfida yang terkandung di dalamnya
memiliki pergerakan molekul sangat tinggi yang memungkinkan terjadinya
penetrasi dengan cepat ke dalam komoditas dan menuju serangga sasaran, di
samping gas lebih mudah menguap/hilang dari komoditas setelah fumigasi berakhir
(Hayata, 2010).
Serangga hama gudang yang umum menyerang
komoditas simpananberas adalah kumbang (Coleoptera) dan ngengat (Lepidoptera),
sisanya dari golongan Orthoptera dan Psocoptera. Serangga hama tersebut dapat
menyebabkan kerusakan atau kerugian, baik yang bersifat langsung maupun tidak
langsung bagi beras. Kerusakan langsung berupa pengurangan berat komoditas,
berkurangnya daya simpan, penurunan nilai gizi dan kandungan nutrisi. Kerusakan
tidak langsung seperti perpindahan kelembaban nisbi, pemanasan internal,
pertumbuhan cendawan, serta kontaminasi terhadap bahan pangan yang disimpan
(Pitaloka, dkk, 2012).
Secara prinsip
terdapat 3 faktor yang memengaruhi komoditas bahan pangan yang disimpan
terhadap keberadaan hama gudang, yaitu keadaan komoditas atau bahan simpan,
kondisi gudangdan iklim mikrogudang yang memengaruhi laju kerusakan komoditas
yang disimpan ﴾Andinya, 2007).
BAB
3. PEMBAHASAN
Salah satu serangga hama yang sangat potensial merusak biji
kacang hijau di gudang adalah Callosobruchus chinensis. Hama
yang menyerang kacang hujau ini termasuk golongan hama dari kingdom Animalia,
Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Family Bruchidae, Genus
Callosobruchus, dan Spesies Callosobruchus chinensis. Serangga hama ini disebut kumbang
biji. Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) mempunyai moncong yang
pendek dan femur tungkai belakang yang membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa
kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya bulat telur dengan bagian
kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat gambaran gelap yang
menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap depannya coklat kekuning-kuningan.
Pada kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh 2,4 mm - 3 mm sedangkan kumbang
betina mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49 mm. Imago betina dapat menghasilkan
telur sampai 700 butir. Telur berbentuk lonjong agak transparan atau
kekuning-kuningan atau berwarna kelabu keputih-putihan. Panjang telur 0,57 mm,
berbentuk cembung pada bagian dorsal, dan rata pada bagian yang melekat pada
biji. Telur diletakkan pada permukaan biji dan direkatkan dengan semacam
perekat.
Gejala serangan dari hama Callosobruchus chinensis yaitu
dimana setelah imago betina bertelur, maka
telur diletakkan pada permukaan produk material yang akan diserang dalam
simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari
telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material.
Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva
adalah 10-13 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang, karena larva
terus menggerek biji dan berada di dalam biji sampai menjadi imago. Setelah
menjadi imago, maka lubang pada biji menjadi tempat keluar imago dari dalam
biji.
Serangga hama Callosobruchus chinensis, dapat
dikendalikan dengan menggunakan musuh alami hama ini (Anisopteromalus
calandrae dan semut hitam). Musuh alaminya yang tidak lain berupa parasit
parasitoid larva yaitu Anisopteromalus calandrae (Howard) dan Dinarmus
basalis (Rondani) (Pteromalidae: Hymenoptera) yang biasanya juga menyerang Sitophilus
sp. atau serangga lain yang tergolong bangsa kumbang. Jenis parasit
tersebut biasanya menyerang kepompong. Semut juga dapat menyerang kumbang
Callosobruchus chinensis dewasa, terutama yang abnormal atau yang hampir
mati. Perangkap lampu atau lem dapat menangkap imago. Selain itu juga dapat
dikendalikan dengan cara melakukan fumigasi.
Selain ditemukan hama
Callosobruchus chinensis pada kacang hijau yang rusak dalam praktikum
ini juga ditemukan hama Tribolium
confusum. Kumbang dewasa berbentuk pipih, oval, berwarna cokelat kemerahan,
panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur lonjong berwarna putih keuh dengan panjang ± 1,5
mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih
dan dihiasi warna kuning dengan panjang ± 3,5 mm. Periode telur sampai dewasa sekitar
6 minggu. Hama ini bertipe klavat atau sungut membesar keujung secara bertahap,
bagian mata sempit. Hama ini tergolong dari Kingdom Animalia, Filum Arthropoda,
Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Family Tenebrionidae, Genus Tribolium, dan Spesies
Tribolium confasum. Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu pada
biji terdapat lubang – lubang bekas gerekan dan sisa bekas gerekannya dalam
bentuk bubuk atau serbuk halus, dan pada biji yang berlubang terdapat larva
dari hama ini.
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk
mencegah kerusakan oleh hama ini dapat dilakukan dengan melakukan penjemuran
terhadap komoditas simpanan pada waktu tertentu dengan pengeringan yang
sempurna, sanitasi gudang, mengatur sirkulasi udara, dan kelembaban gudang.
Pada dasarnya semua hama gudang yang menyerang produk hasil pertanian yang
telah disimpan di gudang dapat dikendalikan dengan cara fumugasi. Fumigasi adalah pengendalian hama dengan jalan
memasukkan atau melepaskan fumigan ( Pestisida ) ke dalam ruangan tertutup atau
kedap udara (gas tight) untuk beberapa waktu dalam dosis dan konsentrasi yang
dapat mematikan hama. Fumigan adalah pestisida yang dalam suhu dan
teknan tertentu berbentuk gas dan dalam dalam kosentrasi seta waktu tertentu
dapat membunuh organismae penggangu tanaman, fumigan tidak menimbulkan
resiko bagi kesehatan manusia dan hewan. Selain itu juga dapat mengunakan bahan
alami seperti daun kengkeh dimana dapat dimanfaatnkan minyaknya untuk
mengendalika hama Callosobruchus sp. Mekanisme penghambatan peneluran dan
mortalitas dari minyak tumbuhan yang digunakan dipengaruhi oleh adanya
senyawa-senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam bahan tumbuhan
tersebut. Senyawa-senyawa aktif seperti eugenol yang terkandung di dalam E.
aromatic dapat
mengganggu proses bertelur dan perkembangan Callosobruchus sp pada
kacang hijau serta mampu menyebabkan kematian.
Berikut adalah tabel dari keefektifan pengendalian dengan
cara fumigasi yaitu :
Sumber
: Hayata, 2010.
Fosfin adalah fumigan yang sangat baik,
sebab hidrogen fosfida yang terkandung di dalamnya memiliki pergerakan molekul
sangat tinggi yang memungkinkan terjadinya penetrasi dengan cepat ke dalam
komoditas dan menuju serangga sasaran, di samping gas lebih mudah
menguap/hilang dari komoditas setelah fumigasi berakhir. Fumigasi fosfin selama
24 jam sangat efektif membunuh serangga hama gudang. Kunci efektifitas fumigasi
ini adalah lamanya waktu penetrasi gas ke dalam bahan yang cukup untuk
mematikan serangga sasaran. perpanjangan waktu akan memberikan hasil yang lebih
baik karena akan membunuh serangga pada tahapan muda (immature) yang
sangat tahan sekalipun. Dari hasil yang diperoleh pada percobaan ini terungkap
bahwa bila dilakukan sesuai dengan dosis anjuran dan tempat yang kedap udara
fumigasi fosfin selama 24 jam telah efektif membunuh serangga hama secara
total, dan tidak perlu lagi memperpanjang waktu sampai 48 jam atau 72 jam.
BAB 4.
KESIMPULAN
Hama gudang yang ditemukan pada komoditi
kacang hijau pada praktikum ini ada dua jenis hama yaitu hama Callosobruchus chinensis dan hama Tribolium confusum.gejala yang
diakibatkan oleh hama ini yaitu pada biji akan kropos akibat dari gerekan hama
ini. Pengendalian dari kedua hama ini dapat dilakukan dengan cara fumigasi. Fumigasi adalah pengendalian hama dengan jalan
memasukkan atau melepaskan fumigan ( Pestisida ) ke dalam ruangan tertutup atau
kedap udara (gas tight) untuk beberapa waktu dalam dosis dan konsentrasi yang
dapat mematikan hama.
DAFTAR PUSTAKA
Adinya. 2007. Pengujian Resistensi Tribolium Castaneum Herbst.
(Coleoptera: Tenebronidae), Rhyzopertha Dominica (F.) (Coleoptera:
Bostrichidae), Cryptolestes Sp. (Coleoptera: Laemopholidae) Terhadap
Fosfin Dan Keragaan Relatif Strain Resisten. Ilmu pertanian 5(1) : 34 – 41.
Hayata.
2010. Pengaruh Fosfin (Ph3) Terhadap
Mortalitas Beberapa Hama Gudang. Agronomi 9(2): 107-109.
Pitaloka. Dkk. 2012. Gambaran Beberapa Faktor Fisik Penyimpanan
Beras, Identifikasi Dan Upaya Pengendalian Serangga Hama Gudang. Kesehatan Masyarakat 1﴾2) : 218 - 217
Rioardi. 2009. Ordo – Ordo Serangga. Kanisius. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar