BAB
1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tanaman
pepaya berbentuk perdu yang tingginya mencapai 3 m. btangnya berongga karena
intinya (galihnya) berupa sel gabus dan batangnya lunak berair. Bekas kedudukan
tangkai daun meninggalkan tanda seperti ruas. Pada musim hujan ruasnya panjang,
sedangkan musim kemarau ruasnya pendek sesuai dengan kecepatan pertumbuhan
tanamn. Daunnya bercangap menjari dengan tangkai daun yang panjang dan
berlubang pula. Buahnya bergetah dan getahnya makin hilang pada saat mendekati
papain yang bersifat proteolitik (merombak protein).
perkecambahan
adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang mempunyai
kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tanaman baru. Komponen biji adalah
struktur lain di dalam biji yang merupakan bagian kecambah, seperti calon akar
(radicle), colon daun/batang (plumule) dan sebagainya. Sebelum embrio memulai
aktivitasnya, selalu didahului dengan proses fisiologis hormon dan enzim.
Dengan demikian, ada dua jenis aktivitas di sini, yaitu aktivitas morfologi dan
aktivitas kimiawi. Aktivitas morfologi ditandai dengan pemunculan organ-organ
tanaman seperti akar, daun dan batang. Sedangkan aktivitas kimiawi diawali
dengan aktivitas hormon dan enzim yang menyebabkan terjadinya perombakan zat
cadangan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak. Proses kimiawi berperanan
sebagai penyedia energi yang akan digunakan dalam proses morfologi, dengan
demikian kandungan bahan kimia yang terdapat dalam biji merupakan faktor yang
sangat menentukan dalam perkecambahan biji. Tipe perkecambahan biji tanaman ada
dua macam yang ber-beda terletak pada posisi keping biji (kotiledon) pada
permukaan tanah. Tipe pertama adalah epigeal dan yang kedua hipogeal. Perkecambahan
biji ditentukan oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang dikontrol
oleh genetik tanaman menentukan mudah tidaknya atau cepat lambatnya
perkecambahan. 
Sehubungan
dengan hal tersebut, maka praktikum ini perlu diadakan untuk mengetahui faktor
– faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih dan untuk mengetahui
perkecambahan benih pepaya yang 
dipengaruhi oleh kulit benih atau akibat terkaitan dengan kebutuhan
cahaya.
1.2  Tujuan
1.       
Mahasiswa mempelajari faktor – faktor
yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih.
2.       
Mahasiswa dapat mengetahui faktor –
aktor yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih pepaya.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
            Pepaya
adalah tanaman asal dari Amerika Tengah. Pepaya yang dahulu hanya ditanam di
pekarangan dan tidak mempunyai arti komersial, sejak 1930 banyak ditanam secara
luas, terutama di Jawa, setelah dimasukkan jenis-jenis pepaya semangka oleh
Dinas Perkebunan Rakyat antara tahun 1925 dan 1930. Untuk mendapat pepaya yang
seragam, pengetahuan tentang memilih jenis adalah mutlak dan untuk melakukan
pemilihan ini amat perlu orang sedikit banyak mengetahui tentang biologi bunga
pepaya ( Satiaderadja, S, 1969 : 64 ).
      Buahnya  yang disukai oleh semua golongan  tidak terkecuali makanan bayi, serta pakan
berbagai jenis burung. Ada juga yang dimanfaatkan dengan mengambil getah
papainnya, yang tergolong atas dua 
kelompok besar yaitu papaya burung dan papaya semangka. Ada lagi papaya
Bangkok dengan buah yang bulat ujung runcing dengan. Umumnya papaya menyukai
tanah yang subur, gembur, lembap, dan tidak tergenang. Saat tanam yang tepat
ialah 5 bulan sebelum musim hujan. biji yang baik diambil dari bagian tengah
buah yang telah masak karena ada juga papaya jantan yang hanya berbunga atau
terpencil tetapi tidak berubah (Sukamto,2007).
Menurut Wood  et 
al.  (2000), perkecambahan  pada benih 
pepaya  yang dikeringkan  hingga 
kadar  air  5% sebenarnya bukan disebabkan oleh hilangnya
viabilitas, melainkan  karena  terjadinya 
induksi  dormansi. Terjadinya  induksi 
dormansi  dan  pemecahannya 
perlu dipelajari agar benih dapat disimpan dengan aman  pada kadar air  rendah, untuk menekan  laju metabolisme dan meningkatkan daya
simpannya ( Sari, M, dkk, 2005 ).
            Menurut
Chow  dan 
Lin, ( 1991), benih  pepaya
diselimuti  oleh sarcotesta,  suatu 
lapisan  yang mengandung  senyawa 
fenolik,  khususnya  phydroxybenzoic  acid ( Sari, M, dkk, 2005 ).
            Bila  lapisan 
tipis  sarcotesta  tertinggal, 
maka lapisan  ini  tidak 
hanya  dapat  menghambat 
perkecambahan melalui kandungan  senyawa  fenolik yang 
tinggi, tetapi  juga  membentuk 
lapisan  yang  mengganggu permeabilitas  benih, menghambat  efektifitas masuknya zat-zat stimulasi
perkecambahan.  Impermeabilitas pada
benih pepaya yang dikeringkan bersama sarcotesta  kemungkinan 
tidak  hanya disebabkan  adanya 
lapisan  tipis  sarcotesta  yang masih tertinggal  setelah 
dicuci,  tetapi  juga 
oleh  kondisi  testa yang 
lebih masif dan adanya 
senyawa  fenolik  yang 
tinggi  dapat berpengaruh  terhadap 
kondisi  testa  sehingga 
bersifat lebih  impermeabel (
Sari, M, dkk, 2005 ).
            Menurut
Magdali dan Mercado (2003) menyatakan, bibit pepaya ang akarnya banyak
bercabang adalah tanaman berbubga betina dan tidak banyak cabang adalah
berbunga jantan. Hasil determinasi seks tersebut dimantapkan dengan menggunakan
PCR (R, Triatminingsih, 2009).
      Perlakuan  pendahuluan 
(pra perkecambahan)  yang  tepat 
perlu  diperoleh  untuk menghilangkan  efek 
negatif  yang  mungkin 
timbul. Penelitian  ini  bertujuan 
untuk  mempelajari  pengaruh keberadaan  sarcotesta 
dan  pengeringan  benih 
terhadap viabilitas dan dormansi benih pepaya. Perkecambahan benih
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari benih itu sendiri maupun
faktor lingkungan. Pembuangan aril dapat menghasilkan perkecambahan yang lebih
cepat dan lebih serempak. Oleh karena itu dianjurkan agar benih papaya yang
akan ditanam dibuang arilnya, dicuci dan dikeringkan. Aril benih papaya
ternyata menghambat perkecambahan benih papaya. Perkecambahan benih papaya
ternyata juga dipengaruhi cahaya dan suhu karena benih papaya memerlukan cahaya
untuk berkecambah yang mana sangat berpengaruh pada suhu (Suwarno, F,C,2000).
untuk  berkecambah,  benih pepaya memer1ukan  cahaya. 
Kebutuhan  cahaya  ini 
dapat  diberikan  sebe1um 
benih  ditanam,  me1a1ui 
penjemuran.  pengeringan  benih 
dengan  oven  40°C 
tidak mendorong 
perkecambahan  benih  da1am 
kondisi  ge1ap.  Penyerapan 
air pada  kondisi  ge1ap 
sama  dengan  pada 
kondisi  terang. Ini menunjukkan  bahwa 
tidak  berkecambahnya  benih 
pada  kondisi ge1ap  bukan 
disebabkan  impermeabi1itas  ku1it 
benih ( Suarno, F,C, 2000).
BAB
3. METODOLOGI
3.1 Tempat dan waktu
Kegiatan praktikum faktor – faktor
yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih pepaya dilakukan di Fakultas
Pertanian Universitas Jember pada hari selasa, tanggal 20 Maret 2012 pukul
14.00 WIB – selesai.
3.2. Alat dan bahan
3.1.1       
Alat
1.       
Cawan petri
2.       
Pinset
3.       
Alat pengecambah
3.1.2 Bahan
1.       
Buah pepaya yang telah
masak ( masak fisiologis )
2.       
Abu dapur
3.       
Subtrat kertas merang
4.       
Kapas
5.       
Kertas karbon hitam 
3.2   
Cara kerja
1.       
Mempersiapkan benih pepaya yang diambil
dari bagian tengah buah pepaya ( lebih kurang 1/3 bagian ).
2.       
Membuang arilnya benih pepaya dengan abu
kapur, kemudian memcucinya bersih dan mentiriskan.
3.       
Membuat perlakuan benih pepaya sebagai
berikut :
a.       Tidak
mengupas kulit benih / endotestanya.
b.      Mengupas
kulit benih sebagian.
c.       Mengupas
kulit benih seluruhnya.
Setelah
itu mengering anginkan sampai kering atau mengeringkan dengan sinar matahari
selama satu hari, kemudian mengecambahkan pada kondisi terang dan gelap.
4.       
Membuat media perkecambahan dengan
subtrat kertas merang yang dilapisi kapas dalam cawan petri sebanyak enam
kombinasi perlakuan dalam dua ulangan.
5.       
Membasahi subtrat dengan air kemudian
menanam benih pepaya masing – masing sebanyak 25 butir.
6.       
Melakukan perkecambahan benih dengan
kondisi gelap dan terang. Menutup cawan petri dengan kertas karbon hitam untuk
kondisi gelap, sedangkan kondisi terang petridis tanpa tutup, kemudian
meletakkan masing – masing perlakuan pada alat pengecambah.
7.       
Menjaga kelembapan subtrat perkecambahan
dengan memberikan air secukupnya.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Table 1. Hasil Pengamatan Perkecambahan Benih Pepaya
| 
   
Perlakuan 
 | 
  
   
Ulangan 
 | 
  
   
Perkecambahan 
 | 
 |||||
| 
   
Kulit benih pepaya 
 | 
  
   
Kondisi perkecambahan 
 | 
  
   
Hari ke-8 
 | 
  
   
Hari ke-14 
 | 
 ||||
| 
   
Normal 
 | 
  
   
Mati 
 | 
  
   
Normal 
 | 
  
   
Abnormal 
 | 
  
   
Mati 
 | 
 |||
| 
   
Benih tidak dikupas KulitNya 
 | 
  
   
Terang 
 | 
  
   
1 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 
| 
   
2 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 ||
| 
   
3 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 ||
| 
   
Gelap 
 | 
  
   
1 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 |
| 
   
2 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 ||
| 
   
3 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 ||
| 
   
Benih Dikupas Kulitnya Sebagian 
 | 
  
   
Terang 
 | 
  
   
1 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 
| 
   
2 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 ||
| 
   
3 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 ||
| 
   
Gelap 
 | 
  
   
1 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 |
| 
   
2 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 ||
| 
   
3 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 ||
| 
   
Benih tanpa kulitnya dikupas seluruhnya 
 | 
  
   
Terang 
 | 
  
   
1 
 | 
  
   
1 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
1 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
9 
 | 
 
| 
   
2 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
10 
 | 
 ||
| 
   
3 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 ||
| 
   
Gelap 
 | 
  
   
1 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 |
| 
   
2 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 ||
| 
   
3 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 ||
Table 2. Jumlah Kecambah
Normal           
| 
   
Jumlah kecambah normal 
 | 
 |||
| 
   
perlakuan 
 | 
  
   
Tidak
  dikupas 
 | 
  
   
Kupas
  sebagian 
 | 
  
   
Kupas semua 
 | 
 
| 
   
Terang 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
1 
 | 
 
| 
   
Gelap 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 
Table 3. Jumlah
Kecambah Mati Dan Abnormal
| 
   
Jumlah Kecambah Mati Dan Abnormal 
 | 
 |||
| 
   
Perlakuan 
 | 
  
   
Tidak
  dikupas 
 | 
  
   
Dikupas
  sebagian 
 | 
  
   
Dikupas semua 
 | 
 
| 
   
Terang 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
19 
 | 
 
| 
   
Gelap 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
  
   
0 
 | 
 
 Gtafik 1. Jumlah Kecambah Normal

Grafik 2. Jumlah
Kecambah Mati Dan Abnormal

4.2 Pembahasan
Dari
data diketahui terdapat 3 perlakuan berbeda yaitu biji papaya yang tidak
dikupas kulitnya/endotestanya, biji papaya yang dikupas sebagian kulitnya, dan
biji papaya yang dikupas seluruh kulitnya dan dari perlakuan tersebut ada yang
di tempatkan di tempat gelap yang cawan petrinya diberikan kertas karbon hitam
dan ada yang di tempatkan di tempat yang terang dengan cawan petri dibiarkan
terbuka. Hasil pengamatana menunjukkan benih kecambah yang tumbuh normal pada
tempat yang terang yaitu pada perlakuan dikupas seluruh kulitnya ada 1 biji,
pada perlakuan dikupas sebagian kulitnya, dan pada perlakuan yang tidak dikupas
kultinya biji papaya tidak dapat berkecambah dan tidak mati tetapi masih dalam
keadaan istirahat, hal ini terjadi pada setiap kondisi perkecambahan baik dalam
keadaan gelap maupun terang. Hasil pengamatan pada kecambah yang mati
didapatkan hasil untuk biji papaya yang dikupas seluruhnya dan diletakkan di
tempat yang terang sejumlah 19 biji, biji yang tidak dikupas, dan biji yang
dikupas sebagian sejumlah 0, dan untuk biji papaya yang tidak dikupas, dikupas
sebagian dan dkupas seluruhnya yang diletakkan di tempat yang gelap sejumlah 0
biji. Hal ini disebabkan karena pengaruh kulit dan kondisi lingkungannya seperti
media untuk perkecambahan kurang lembab maupun cahaya. 
Kecepatan
berkecambah dihitung dengan cara membagi jumlah kecambah normal pada hari ke-7
dengan jumlah total biji yang dikecambahkan dikali 100%. Sedangkan untuk daya
berkecambah dihitung dengan membagi jumlah kecambah normal pada hari ke-14
dengan jumlah total biji yang dikecambahkan dikali 100%, sehingga didapatkan
hasil untuk kecepatan berkecambah pada biji yang diletakkan ditempat yang
terang adalah 3% dan biji yang diletakkan di tempat yang gelap 0% serta daya
berkecambah untuk biji yang diletakkan di tempat yang terang adalah 3% dan biji
yang diletakkan di tempat yang gelap juga 0%.
Dari
hasil pengamtan didapatkan bahwa proses perkecambahan biji papaya pada semua
perlakuan hanya satu perlakuan yang mampu tumbuh dan paling banyak  biji tidak tumbuh atau mati yaitu pada
perlakuan kulit yang dihilangkan semua, hal ini ditunjukkan oleh grafik. Dimana
dalam grafik hanya satu yang menunjukkan penigkatan tumbuh dan kematian pada
biji papaya. Pada frafik pertama menunjukkan adanya  pertumbuhan biji sebanyak 1 biji pada keadaan
terang perlakuan kulit dihilangkan semua, dan pada grafik ke dua menunjukkan
jumlah kematian pada biji papaya sebanyak 19 biji pada perlakuan yang sama.
Banyak
faktor yang mengontrol proses perkecambahan biji, baik yang bersifat internal
dan eksternal. Secara internal proses perkecambahan biji ditentukan
keseimbangan antara promoter dan inhibitor perkecambahan, terutama asam
gliberelin (GA) dan asam abskisat (ABA). Faktor eksternal dipengaruhi oleh
oksigen, suhu, dan cahaya. Oksigen dipakai dalam proses oksidasi sel untuk
menghasilkan energi. Perkecambahan memerlukan suhu yang tepat untuk aktivasi
enzim. Perkecambahan tidak dapat berlangsung pada suhu yang tinggi, karena suhu
yang tinggi dapat merusak enzim. Pertumbuhan umumnya berlangsung baik dalam
keadaan gelap. Perkecambahan memerlukan hormone auksin dan hormone ini mudah
mengalami kerusakan pada intensitas cahaya yang tinggi. Tetapi dari hasil praktikum ini menunjukkan bahwa perlakuan
yang terkena cahaya memilik kemampuan untuk tumbuh dalam fase waktunya dan juga
banyak biji yang mati hal ini dipengaruhi oleh rusaknya hormone aukin karena
pengaruh cahaya yang tinggi. Sedangkan untuk perlakuan yang gelap biji tidak
mati tetapi masih istirahat.
Faktor
yang dapat menyebabkan biji papaya tidak berkecambah adalah adanya aril, aril
merupakan lapisan kulit biji papaya yang berupa zat berwarna keputihan lunak
dan agak kering. Aril mengandung protein kasar, serat kasar dan abu yang dapat berpengaruh
negatif terhadap perkecambahan biji, jika aril tidak dibuang maka kulit
tersebut bersifat impermeable terhadap air atau udara padahal air atau udara
tersebut dibutuhkan untuk perkecambahan. Faktor suhu dan cahaya juga
mempengaruh perkecambahan biji papaya pada perlakuan biji yang diletakkan di
tempat yang gelap biji lebih banyak yang terkontaminasi dan dinyatakan abnormal
karena biji terkontaminasi oleh jamur, selain itu pada saat kegiatan praktikum
media yang digunakan yaitu substrat kertas merang kurang terjaga kelembapannya
sehingga perkecambahan tidak dapat tumbuh sesuai dengan fase yang seharusnya
terjadi. 
Pengaruh
cahaya pada proses perkecambahan sangat penting karena pada proses
perkecambahan dan faktor lingkungan yang berpengaruh adalah air, suhu, dan
kadar oksigen. Cahaya di sini digunakan untuk menaikkan suhu bila diperlukan
pada saat berkecambah dan kebutuhan tersebut tidak terus-menerus terjadi,
faktor air juga berpengaruh terhadap perkecambahan benih papaya karena air
berfungsi untuk melunakkan kulit benih, pertukaran gas, mengencerkan
protoplasma, dan mentranslokasikan cadangan makanan. Hasil percobaan terlihat
pada perlakuan kulit yang dikupas seluhnya pada tempat terang biji yang tumbuh
berjumlah 1 biji dan pada tempat gelap berjumlah 0 biji, hal ini membuktikan
bahwa seseungguhnya cahaya merupakan faktor yang begitu penting termasuk air.
Dari
hasil dokumentasi yang diambil penggunaan biji bagian tengah papaya pada
praktikum ini, karena pada bagian tengah papaya tersebut biji papaya terkumpul
dan pada bagian tersebut kandungan pulp atau lapisan yang berlendir yang
berfungsi untuk menjaga biji dari kekeringan sehingga pada saat digunakan
praktikum tersebut biji papaya masih tersedia kandungan air di dalamnya. Gambar
yang didapatkan dari praktikum menunjukkan keadaan biji setiap perlakuan masih
dalam keadaan istirahat tetapi pada perlakuan kulit biji yang dikupas semua
yang dilatakkan pada kondisi terang biji yang tumbuh hanya 1 biji sedangkan
yang mati 19 biji, hal ini dikarenakan karena banyaknya air yang terdapat pada
media perkecambahan dan cahaya yang hanya mampu menyerap air sedikat sehingga
biji mati atau busuk. Sedangkan pada biji yang beristirahat, biji masih
membutuhkan waktu untuk mampu berkecambah karena faktor linkungan yaitu
substrat kertas merang kurang terjaga kelembapannya sehingga perkecambahan
tidak dapat tumbuh sesuai dengan fase yang seharusnya terjadi. 
BAB
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1             
KESIMPULAN
Faktor
yang dapat menyebabkan biji papaya tidak berkecambah adalah adanya aril, jika
aril tidak dibuang maka kulit tersebut bersifat impermeable terhadap air atau
udara, faktor suhu dan cahaya, substrat kertas merang kurang terjaga
kelembapannya sehingga perkecambahan tidak dapat tumbuh sesuai dengan fase yang
seharusnya terjadi. Penggunaan benih bagian tengah papaya
karena pada bagian tengah tersebut benih papaya terkumpul dan pada bagian
tersebut kandungan pulp atau lapisan yang berlendir yang berfungsi untuk
menjaga biji dari kekeringan.
5.2             
SARAN
Pada
praktikum perkecambahan benih papaya diharapkan praktikan dapat selalu menjaga
kelembapan media yang digunakan yaitu substrat kertas merang karena air sangat
berpengaruh terhadap proses perkecambahan sehingga tingkat kegagalan dalam
melakukan perkecambahan ini dapat dihindari.
DAFTAR
PUSTAKA
Sari,
M, dkk. 2005. Pengaruh Sarcotesta Dan Pengeringan Benih Serta Perlakuan
Pendahuluan Terhadap Viabilitas Dan Dormansi Benih Pepaya (Carica Papaya L). Jurnal  Agron Vol. 33(2) : 23 – 30.
Satiaderadja, S. 1969. Pekarangan dan Buah-buahan. CV Yasaguna.
Jakarta.
Sukamto. 2007. Kamus Pertanian. Aneka Ilmu. Semarang.
Suwarno,F,C.
2000. Pengaruh Cahaya dan Perlakuan Benih Terhadap Perkecambahan Benih Pepaya
(carica papaya L). Jurnal Agro
vol.15(3):49-50.
R,
Triatminingsih. 2009. Pengaruh Pemotongan Akar Dan Umur Bibit Terhadap
Pertumbuhan Dan Jenis Seks Tanaman Pepaya. Jurnal
Hort Vol. 19(1) : 28 – 34.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar