UNIVERSITAS
JEMBER
FAKULTAS
PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LAPORAN
PRAKTIKUM
NAMA : RETNOSARI APRIASTI
NIM : 111510501079
GOL/ KELOMPOK : SELASA / 2
ANGGOTA :1. ALDY ARIFIAN P (111510501085)
2.
DADANG CAHYO N (111510501090)
3.
TRIFENI DIANSARI (1115105010)
4.
WAHYU ERNANDA (1115105010)
5.ALFIAN
AFIF F (111510501118)
6. (
JUDUL ACARA :
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURA
TANGGAL PRAKTIKUM : 01 NOVEMBER 2012
TANGGAL PENYERAHAN : 06 DESEMBER 2012
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam memperlambat laju kemunduran
pasca panen komoditas buah-buahan dan sayuran diperlukan suatu cara penanganan
dan perlakuan yang baik, sehingga laju respirasi dan transpirasi dapat
ditekan serendah mungkin. Cara yang efektif untuk menurunkan laju respirasi
adalah dengan menurunkan suhu produk. Namun demikian beberapa cara tambahan
dari cara pendinginan tersebut dapat meningkatkan efektifitas penurunan laju respirasi.
Pengemasan dengan plastik film
adalah salah satu cara cara untuk menurunkan laju respirasi tersebut. Dengan
kemasan plastik untuk produk segar akan menyebabkan adanya perubahan
konsentrasi CO2 dan O2 sekitar produk di dalam kemasan sebagai akibat dari
proses respirasi produk serta interaksinya dengan permeabilitas plastic
terhadap gas O2 dan CO2. Menurunnya konsentrasi O2 dan meningkatnya konsentrasi
CO2 sebagai akibat respirasi produk, dan karakteristik permeabilitas dari
kemasan plastic ikut berperan dalam mengkreasi konsentrasi O2 dan CO2 di dalam
ruang bebas kemasan dapat berakibat terhadap penurunan laju respirasi produk
dalam kemasan itu sendiri.
Penggunaan plastik sebagai bahan
pengemas mempunyai keunggulan dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya
yang ringan, transparan, kuat, termoplatis dan selektif dalam permeabilitasnya
terhadap uap air, O2 dan CO2. Sifat permeabilitas
plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu berperan
memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan, plastik juga merupakan jenis
kemasan yang dapat menarik selera konsumen.
Permeabilitas suatu film kemasan
adalah kemampuan melewatkan partikel gas dan uap air pada suatu unit luasan
bahan pada suatu kondisi tertentu. Nilai permeabilitas sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor sifat kimia polimer, struktur dasar polimer, sifat komponen
permeant. Permeabilitas uap air
merupakan suatu ukuan kerentanan suatu bahan untuk terjadinya proses penetrasi
air. Permeabilitas uap air dari suatu film kemasan didefinisikan sebagai
laju kecepatan atau transmisi uap air melalui suatu unit luasan bahan yang
permukaannya rata dengan ketebalan tertentu, sebagai akibat dari suatu
perbedaan unit tekanan uap antara dua permukaan pada kondisi suhu dan
kelembaban tertentu. Sedangkan permeabilitas film kemasan terhadap gas-gas,
penting diketahui terutama gas oksigen karena berhubungan dengan sifat
bahan dikemas yang masih melakukan respirasi.
Pemilihan
ketebalan kemasan plastik adalah hal penting karena berhubungan dengan
permeabilitas terhadap O2, CO2, dan uap air, dimana merupakan cara untuk mempertahankan RH udara
sekitar produk. Jenis plastik polietilen densitas rendah biasanya digunakan untuk
mengemas buah-buahan dan sayuran, karena dengan penggunaan jenis plastik
polietilen mengakibatkan peningkatan konsentrasi CO2 dan penurunan konsentrasi
O2 yang mampu memperlambat proses pematangan dan umur simpan. Akan tetapi
konsentrasi CO2 berlebihan dan O2 yang terbatas akibat kesalahan memilih
ketebalan dari plastik tersebut mengakibatkan metabolisme menyimpang dalam buah
yaitu terjadinya respirasi anaerobik yang berakibat terhadap kegagalan
pemasakan dan penyimpangan bau.
1.2
Tujuan
1. Mahasiswa
memahami adanya interaksi metabolisme produk dengan karakteristik permeabilitas
plastic berpengaruh terhadap mutu produk hortikultura segar selama penyimpanan.
2. Mahasiswa
memahami pentingna pengemasan dan suhu penyimpanan sebagai cara untuk
memperlambat kemunduran mutu produk.
3. Mahasiswa
mampu mengidentifikasi perubahan – perubahan karakteristik mutu produk segar
akibat pengemasan plastic dan suhu selama penyimpanan.
4. Mampu
membuat laporan tertulis secara kritis.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Produk segar
hortikultura mempunyai kandungan air yang tinggi, sangat peka terhadap
kelayuan, pengeriputan dan kerusakan mekanis serta rentan terhadap serangan
penyakit. Namun dalam keadaa segar buah mangga tidaktahan lama, hanya 7 hari
pada kondisi suhu kamar 28-300C (Amiarsi, D, 2012).
Sifat buah
tersebut dapat menjadi kendala dalam penyediaan buah, baik untuk konsumsi segar
maupun penyimpanan untuk stok pengolahan. Hal ini dikarenakan pada umunya
produk hortikultura merupakan struktur hidup yang masih mengalami proses
perubahan kimia dan biokimiawi yang diakibatkan oleh aktifitas metabilisme.
Untuk mengurangi tingkat kerusakan buah selama pemeraman, pengangkutan dan
penyimpanan salah satu upaya untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan
pengemasan dan pengaturan atmosfer di sekeliling produk dan disimpan pada suhu
rendah. Suhu rendah atau dingin dapat menghambat proses respirasi dan
transpirasi buah, sehingga daya tahan kesegaran buah dapat lebih lama (Amiarsi, D, 2012).
Modifikasi
atmosfer merupakan proses alamiah, tidak perlu bahan kimia, penanganan mudah,
biaya relative murah, peralatan mudah diperoleh dan dapat dilakukan dimana saja.
Penyimpanan dingin dengan suhu rendah 150C dapat menghambat kegiatan
respirasi, sehingga menunda pelunakan, perbahan warna, perubahan mutu, serta
proses kimiawi lainya (Amiarsi, D, 2012).
Penyusutan
buah-buahan dibedakan atas penyusutan kuantitatif dan kualitatif. Penyusutan
kuantitatif dinyatakan dalam bobot sedangkan penyusutan kualitatif berupa
penyimpangan rasa, warna, bau, penurunan nilai gizi, sifat-sifat fisikokimia,
serta pencemaran oleh jasad renik dan senyawa beracun yang membahayakan
kesehatan (Widodo,
dkk, 2010).
Menurut
Rizal dan Anis (1998)
menyatakan bahwa factor penyebabnya, kerusakan atau penyusutan disebabkan oleh
kerusakan biologi mikrobiologi, fisik dan mekanis serta kerusakan kimiawi.
Umumnya penyusutan produk buah dan sayuran berkisar antara 25%-80% (Widodo, dkk, 2010).
Kerusakan
mekanis seperti tersobek, luka, memar dan pecah diakibatkan cara pengemasan produk
yang kurang sempurna serta perlakuan dan cara pendistribusian produk yang
kurang baik. Kerusakan mekanis ini apabila dibiarkan terjadi merupakan awal
bagi kerusakan – kerusakan lain seperti kimiawi dan mikrobiologi (Widodo, dkk, 2010).
Muchtadi (1992) menyatakan
penyimpanan bahan pada suhu rendah merupakan cara yang efektif untuk
memperpanjang umur simpan bahan segar, karena dengan cara ini dapat menghambat
kegiatan respirasi, proses penuaan, dan pertumbuhan mikroorganisme (Longdong,
2009).
Menurut Rutulle (1999) menyatakan
bahwa kemasan plastic merupakan bahan kemasan yang paling popular dan sangat
luas penggunaannya. Kemasan dapat memberikan perlindungan terhadap kehilangan
air pada produk, sehingga sampai waktu yang lama produk akan tetap kelihatan
segar (Longdong, 2009).
Chapogas dan Stokes (1984)
mengemukakan bahwa penggunaan plaastik film pada produk tertentu setelah panen
dapat mengurangi kehilangan air, mencegah kerusakan selama penyimpanan dan
memperpanjang masa simpan produk apabila dikombinasikan dengan pendinginan
(Longdong, 2009).
Pengemasan
buah bertujuan agar buah terlindung dari kerusakan fisik serta mempermudah
penyimpanan dan pengangkutan baik untuk tujuan dalam negri maupun ekspor.
Adapun prinsip pemilihan kemasan untuk tujuan ekspor yaitu bahan kemasan bagian
dalam harus baru, bersih dan berkualitas, kertas bahan pengemas dan label harus
sesuai dengan permintaan, pencetakan dan pelabelan harus menggunakan tinta dan
lem yang tidak berbahaya, buah dikemas dengan plastic wrapping tipis, kering,
baru jika buah beraroma kuat bungkus juga dengan kertas, kemasan harus
bersih (Mulyadi, A, 2010).
Untuk mempertahankan mutu dan
memperpanjang umur simpan buah, biasanya dibutuhkan perlakuan berupa
pendinginan atau pengendalian atmosfir. Tujuannya untuk menghindari penurunan
kualitas buah. Caranya sebelum diangkut terutama jika udar panas atau dalam
penyimpanan, kemasan yang berisi buah didinginkan pada suhu 4-80C
dengan kelembaban 85-90% (Mulyadi, A, 2010).
Tempat pendinginan dapat berupa unt pendingin
ruangan portable atau berupa alat canggih yang meliputi hydro cooling dan
forcedair cooling. Pada alat transportasi juga harus dilengkapi dengan alat
pendingin. Selain dengan cara pendinginan untuk memperpanjang umur simpan buah
bias dilakukan dengan metode modified atmosphere yakni dengan mengatur susunan
volume udara O2 menjadi 10% dan CO2 menjadi 5% (Mulyadi,
A, 2010).
BAB
3. METODOLOGI
3.1
Tempat Dan Waktu
Kegiatan praktikum Modifikasi Atmosfer
Dengan Pengemasan Untuk Produk Holtikultura dilakukan di Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Petanian, Universitas Jember dilaksanakan pada tanggal Oktober 2012, Pukul 14.00
WIB – selesai.
3.2
Alat Dan Bahan
3.2.1
Alat
1. Ruang Pendingin
3.2.2
Bahan
1. Kangkung
2. Seladri
3. Selada
4. Sawi
5. Pisang
6. Tomat
7. Rambutan
8. Duku
9. Plastik polietilen densitas
rendah dengan ketebalan 0,02 mm.
3.3
Cara Kerja
1. Memilih
salah satu buah dan sayur daun sebagai bahan percobaan.
2. Bahan
dengan jumlah atau berat tertentu sebagai unit percobaan dikemas dengan plastik
LDPE dengan dua ketebalan berbeda diatas
3. menyakinkan
bahwa tidak ada kebocoran uadara pada bagian sambungan kemasan plastik.
4. Bahan
percobaan yang sudah dikemas selanjutnya ditematkan pada suhu dingin dan suhu
kamar.
5. Mengulang
percobaan sebanyak dua kali.
6. Mengamati
perubahan mutu bahan percobaan selama periode penyimpanan.
BAB
4. PEMBAHASAN
4.1
Hasil
DATA BUAH DAN SAYUR
PENGAMASAN
Parameter
|
Buah
|
Pengepakan
|
UL
|
Waktu
(hari)
|
|||
I
|
II
|
VI
|
IX
|
||||
Kekerasan
|
Sawi
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
3
|
2
|
2
|
2
|
5
|
3
|
2
|
1
|
|||
Tidak
dikemas
|
1
|
5
|
5
|
2
|
1
|
||
2
|
5
|
5
|
1
|
1
|
|||
Kangkung
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
3
|
2
|
2
|
|
2
|
5
|
3
|
2
|
1
|
|||
Tidak
dikemas
|
1
|
5
|
3
|
1
|
1
|
||
2
|
5
|
4
|
1
|
1
|
|||
Bayam
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
4
|
3
|
1
|
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
Tidak
dikemas
|
1
|
5
|
4
|
1
|
1
|
||
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
Warna
|
Sawi
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
3
|
2
|
2
|
2
|
5
|
3
|
2
|
2
|
|||
Tidak
dikemas
|
1
|
5
|
4
|
2
|
1
|
||
2
|
5
|
4
|
1
|
1
|
|||
Kangkung
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
3
|
2
|
2
|
|
2
|
5
|
3
|
1
|
1
|
|||
Tidak
dikemas
|
1
|
5
|
3
|
2
|
1
|
||
2
|
5
|
4
|
1
|
1
|
|||
Bayam
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
4
|
3
|
1
|
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
Tidak
dikemas
|
1
|
5
|
4
|
1
|
1
|
||
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
Pembusukan
|
Sawi
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
5
|
2
|
2
|
2
|
5
|
3
|
2
|
2
|
|||
Tidak
dikemas
|
1
|
5
|
4
|
2
|
1
|
||
2
|
5
|
2
|
1
|
1
|
|||
Kangkung
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
3
|
2
|
1
|
|
2
|
5
|
3
|
2
|
1
|
|||
Tidak
dikemas
|
1
|
5
|
3
|
2
|
1
|
||
2
|
5
|
4
|
1
|
1
|
|||
Bayam
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
5
|
4
|
1
|
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
Tidak
dikemas
|
1
|
5
|
5
|
1
|
1
|
||
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4.2
Pembahasan
Dari
data hasil praktikum yang diperoleh bahwa perlakuan pengemasan pada sayuran dan
buah mengalami cepat terjadinya pembusukan.Hal ini menunjukkan bahwa wadah
plastic yang kedap udara berpengaruh terhadap permeasi oksigen dan
mempercepat proses dehidrasi. Sayur
dan buah-buahan mengandung air sangat tinggi sekitar 75-95 % dengan kelembaban
98 %. Jika sayur dan buah-buahan tersebut berada pada kondisi di bawah normal,
maka akan terlihat layu akibat dehidrasi. Pengemasan yang baik dapat
memperpanjang kesegaran sayur dan buah-buahan dengan mencegah proses kelayuan
tersebut. Kecepatan dehidrasi tergantung dari jenis produk yang dikemas dan
jenis bahan pengemas yang digunakan. Pemberian lubang-lubang perforasi pada
pengemas plastik bertujuan untuk permeasi oksigen dan tidak berpengaruh nyata
terhadap dehidrasi. Selain kerusakan anaerobik, mikroorganisme
juga merupakan penyebab kerusakan pada sayur dan buah.
Pengemasan
merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan
pangan dan dengan demikian membutuhkan pemikiran dan perhatian yang besar. Atas
dasar hal tersebut maka penting kita mengetahui peranan pengemasan dalam bahan
pangan. Pemilihan pengemasan untuk suatu bahan pangan pun harus diberikan
perhatian lebih, dibandingkan biasanya. Bahan pengemas yang digunakan haruslah
cocok, tidak berbahaya, serta dapat memperpanjang umur simpan. Sayur dan buah
merupakan bahan pangan yang sangat rentan sekali terhadap kerusakan. Bahan
pengemas yang digunakan harus dapat meencegah segala kerusakan dan
mempertahankan karakteristik dari sayur dan buah tersebut. Sayur dan buah
merupakan bahan pangan yang kaya akan kandungan-kandungan gizi, air, dan masih
mengalami respirasi setelah pemanenan. Semua faktor-faktor tersebut harus dapat
tertangani oleh pengemasan yang baik. Setelah pemanenan, sayur dan buah-buahan masih melakukan respirasi dengan
menggunakan oksigen. Bila persediaan oksigen terbatas, maka akan terjadi
reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan sedikit alkohol, dan akan
dihasilkan juga perubahan bau dan cita rasa serta rusaknya sel tanaman. Keadaan
ini dikenal sebagai kerusakan atau kebusukan anaerobik dan dapat
berlangsung dalam beberapa jam.
Pengemasan tidak selalu menjamin produk segar bebas dari kerusakan.
Pengemasan yang kurang baik dapat mempercepat proses kerusakan tersebut. Dua
faktor penting dalam mendesain suatu kemasan adalah respirasi dan transpirasi
karena kedua faktor ini berhubungan erat dengan tingkat kerusakan dan dari
setiap komoditi berbeda-beda. Jenis kemasan yang baik dalam
pre-packing sayur dan buah-buahan segar yaitu harus memiliki permeabilitas yang
tinggi terhadap gas, harus tembus pandang, harus kuat dalam perlakuan-perlakuan
transportasi, harus didesain dengan baik sehingga transpirasi dari produk dapat
diatur dan mengkerutnya produk dapat ditekan, serta harus ada lubang-lubang
perforasi. Penyimpanan produk pada suhu ruang mengakibatkan produk mengalami dehidrasi
dan pelayuan. Sedangkan penyimpanan produk pada suhu rendah dapat mengurangi
respirasi, dehidrasi, dan pelayuan. Setiap
komoditi memiliki kecepatan respirasi yang berbeda-beda. Jika produk memiliki
kecepatan respirasi yang rendah, hal ini berarti bahwa produk tersebut tidak
terlalu banyak membutuhkan oksigen. Sehingga jumlah lubang-lubang perforasi
yang digunakan pun sedikit.
Dari
data hasil pengamatan untuk pengemasan menunjukkan bahwa pemberian perlakuan
pengemasan pada produk sayur-sayuran yaitu pada kangkung, sawi, dan bayam
mengalami tingkat pembusukan, perubahan warna, dan pelembekan yang cepat. Hal
ini dikarenakan bahwa wadah plastic yang digunakan adalah wadah yang kedap
udara sehingga berpengaruh terhadap permeasi oksigen dan mempercepat proses
dehidrasi pada sayuran tersebut. Selain itu tempat peyimpanan yang suhunya
terlalu panas juga menyebabkan sayur cepat mengalami pembusukan, sebaiknya
sayur diperlakukan dengan member pengemas yang kontak langsung dengan udara
agar sayur tetap segar. Dan penyimpanan yang dilakukan pada praktikum kali ini
adalah dengan menumpuk sayuran yang dikemas sehingga sayuran akan tertekan dan
dari tekanan tersebut air yang terkandung dalam sayuran akan kelur sehingga
sayuran cepat layu dan cepat mengalami pembusukan. faktor-faktor
yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan sehubungan dengan kemasan yang
digunakan dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu golongan pertama
kerusakan ditentukan oleh sifat alamiah dari produk dan tidak dapat dicegah
dengan pengemasan, misalnya perubahan kimia, biokimia, fisik serta mirobiologi;
sedangkan golongan kedua, kerusakan yang ditentukan oleh lingkungan.
BAB
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1.
Penyimpanan
produk pada suhu ruang mengakibatkan produk mengalami dehidrasi dan pelayuan.
2.
Penyimpanan produk pada suhu rendah dapat
mengurangi respirasi, dehidrasi, dan pelayuan.
3.
Produk memiliki kecepatan respirasi yang rendah, sehingga
produk tersebut tidak terlalu banyak membutuhkan oksigen
sehingga jumlah lubang-lubang perforasi yang digunakan sedikit.
4.
Plastik
untuk pengemas sayuran lebih baik adalah dengan menggunakan plastik yang tidak
kedap udara.
5.
Dari data
pengamatan pengemasn dengan menggunakan plastic kedap udara menghasilkan
tingkat pembusukan yang ebih cepat pada komoditas sayuran.
5.2
Saran
Dalam
melakukan pengemasan untuk komoditi sayur-sayuran perlu diperhatikan plastik
yang akan digunakan dan suhu ruang tempat penyimpanan juga harus diperhatikan
agar komoditas sayur-sayuran lebih tahan lama.
DAFTAR
PUSTAKA
Amiarsi, D. 2012. Pengaruh
Konsentrasi Oksigen Dan Karbon Dioksida Dalam Kemasan Terhadap Daya Simpan Buah
Mangga Gendong. Hort 22(2) : 197-204.
Longdong. 2009. Pengaruh Kemasan Dan
Suhu Dingin Terhadap Konsumsi O2 Bunga Lily Trompet (Lilium longiflorum Thunb).
Soil Environment 7(1) : 45 – 51.
Mulyadi, A.
2010. Buku Pintar Budi Daya Tanaman Buah
Unggul Indonesia. AgroMedia
Pustaka. Jakarta.
Widodo, dkk. 2010. Perbaikan Teknik
Pengemasan Buah – Buahan Segar Untuk Mengurangi Tingkat Kerusakan Mekanis Studi
Kasus Di Profinsi Jawa Tengah. Agritech
17(1) : 14 – 17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar