BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media tanam merupakan salah
satu syarat utama yang harus ada sebelum melakukan budidaya tanaman, baik itu yang
bersal dari tanah maupun media buatan lainnya. Media tanam tersedia di alam
secara luas dan beragam, media yang telah ada dapat di tanami berbagai tanaman yang
ingin ditanam seperti tanaman semusim (tomat atau tanaman hidroponik, maupun
jenis tanaman lainnya). Media tanam yang digunakan belum tentu sehat, bahaya
didalam media tanam terdapat berbagai macam dan jenis mikroorganisme yang hidup
baik yang bersifat patogenik maupun simbiotik. Mikrooganisme yang ada didalam
tanah dapat sebagai sumber patogen atau penyait bagi tanaman budidaya nantinya
ketika ditanami.
Untuk dapat mencegah
terjadinya serangan hama dan penyakit yang disebakan dari media tanam yang
kurang baik dan sehat maka sebelum melakukan proses budidaya media tanam yang
digunakan harus benar - benar dipersiapakan dengan baik dan bersih dari
penyakit agar tidak timbul hama dan penyakit yang dapat menurunkan produksi
hasil pertanian. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan
media tanam yang subur umumnya media yang sehat merupakan media yang terbebas
dari patogen dan jamur, selain itu media juga harus cukup mengandung unsur hara
dan bahan organik.
Masalah yang sangat serius pada budi daya adalah hama dan penyakit
pada media tanam, terutama untuk pembibitan.. Media tanam yang steril sangat
penting untuk memperoleh bibit tanaman yang bebas penyakit. Penggunaan bahan
kimia seperti fumigan merupakan cara yang umum untuk membasmi hama dan penyakit
dalam tanah. Selain mudah penggunaannya, bahan ini dapat membasmi nematoda,
cendawan, dan serangga berbahaya di dalam tanah serta biji - biji gulma. Namun,
dengan makin tumbuhnya kesadaran masyarakat akan keamanan pangan dan kesehatan
lingkungan, penggunaan bahan kimia untuk sterilisasi tanah mulai dikurangi. Salah satu medote atau cara lain yang dapat
digunakan digunakan adalah dengan uji biologi media tanam dari hama dan
penyakit dalam tanah yang telah dilakukan dalam praktikum, dengan uji biologi
ini maka kita dapat mengetahui media tanam yang digunakan tersebut merupakan
media yang sehat atau tidak sehat dengan melihat hasil apa yang kita tanam, dan
akan di bahas pada laporan praktikum kali ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar
praktikan mengerti dan memahami cara menguji biologi adanya hama dan penyakit
di alam media tanam serta mengetahui gejala serangan dan cara pengendaliannya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah sebuah komponen dari keseluruhan
ekosistem dan tidak dapat dilepaskan dari
kesehatan ekosistem tersebut. Di bidang pertanian, tanah yang sehat memiliki kondisi fisik, kimia dan biologis optimal untuk
produksi tanaman dan memiliki kesanggupan untuk menjaga kesehatan tanaman serta kualitas ekosistem
yang mencakup air dan tanah (Hindersah dan Simarmata, 2004).
Menurut Simarmata et al (2003) menyatakan, tanah
sehat dan subur merupakan sistem hidup
dinamis yang dihuni oleh berbagai organisme (mikro flora, mikro fauna, serta
meso dan makro fauna). Organisme tersebut saling berinteraksi membentuk suatu
rantai makanan sebagai manifestasi aliran energi dalam suatu ekosistem untuk membentuk
tropik rantai makanan (Hindersah dan Simarmata, 2004).
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) adalah salah satu
komoditas pertanianyang sangat bermanfaat bagi tubuh karena mengandung vitamin
dan mineral yangdiperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Buah tomat
mengandung karbohidrat, protein, lemak dan kalori. Buah tomat merupakan
komoditas multiguna yangberfungsi sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja,
penambah nafsu makan, bahanpewarna makanan, sampai kepada bahan kosmetik dan
obat-obatan ( Amsar, 2011).
Di dalam tanah terdapat berbagai jenis biota tanah,
antara lain mikroba (bakteri, fungi, aktinomisetes, mikroflora, dan protozoa)
serta fauna tanah. Masing-ma-sing biota tanah mempunyai fungsi yang khusus ( Asmar,
2011).
Fusarium sp. Merupakan fungi yang bersifat saprofit
tanah tetapi dapat bersifat patogen terhadap banyak tumbuhan. Fungi ini juga
dapat menyebabkan pembusukan pada akar tanaman dan juga berperan pada proses
dekomposisi (Utomo, 2000).
Penyakit layu oleh fusarium, menyerang tanaman
dengan gejala tulang daun menjadi pucat, tangkai daun merunduk, layu dan
tumbuhan lama kelamaan akan mati. Cara pengendaliannya dengan sterilisasi tanah
persemaian dan menanam varietas yang resisten (Maskar dan Garuf, 2006).
Patogen (penyebab penyakit) tular tanah menyebabkan
kerusakan yang berat pada tanaman pertanian pada umumnya dan menurunkan baik
kuantitas maupun kualitas produksi.hal ini terjadi, terutama pada areal yang
ditanami tanaman yang sama secara terus menerus. Oleh karena itu diperlukan
metode pengelolaan penyakit yang efektif dan ekonomis untuk menjamin produksi
yang tinggi dan menguntungkan secara konsisten.
Kerusakan tanaman karena patogen tular tanah dapat diperkecil dengan
memanipulasi satu atau lebih komponen yang terlibat dalam timbulnya suatu
penyakit, yaitu patogen, tanaman inang, dan mikroorganisme tanah. Faktor
yang paling penting dalam
pengelolaan penyakit yang disebabkan
oleh patogen tular tanah ini adalah mengurangi tingkat inokulumnya di bawah
ambang ekonomi sebelum tanaman yang peka di tanam (Yulianti, 2009).
Sistem pertanaman berpengaruh terhadap sifat tanah
karena adanya sisa-sisa tanaman dan perakaran yang ditinggalkan. Pengaruh
sistem pertanaman ini akan meningkatkan bahan organik tanah dari sisa tanaman
dan perakaran, sehingga akan meningkat-kan aktivitas mikroba tanah (Margarettha,
2009).
Serangan nematoda menimbulkan
gejala yang beragam tergantung pada jenis nematoda, jenis tumbuhan yang
terserang dan keaadaan lingkungan, menurut Agrios (1996), nematoda yang
menyerang akar akan menimbulkan gejala terutama pada akar, tetapi gejala ini
biasanya disertai dan munculnya gejala pada bagian atas tanaman, yaitu berupa
gejala tanaman kerdil, daun menguning, dan layu yang berlebihan dalam cuaca
panas.
Meloidogyne spp. merupakan salah satu patogen
sbawah tanah yang menjadi kendala dalam pengembangan sayuran tingkat tinggi di
daerah tropis dan inang utamanaya adalah wortel, mentimun, labu, kentang,
kubis, terong, bayam dan tomat. Akibat kemampuannya dalam mneginfeksi relatif lebih besar dan kisaran
tanaman inang yang luas maka Meloidogyne spp. merupakan genus penting
dari nematoda parasit tanaman. Tanaman yang terserang menjadi kurus, kerdil,
hasil rendah dan kualitas berkurang (Dropkin 1991).
Pengendalian nematoda dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan
pengendalian hayati. Pengendalian dengan bercocok tanam melalui pengaturan
waktu tanam yaitu menanam tanaman pada waktu yang tidak sesuai dengan
perkembangan nematoda, membajak tanah agar nematoda yang berada pada lapisan
dalam tanah akan naik kepermukaan tanah sehingga terjadi pengeringan oleh panas
matahari, kelembaban tanah, perbaikan dan komposisi tanah dengan pemupukan
(Dropkin 1991).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat
Pelaksanaan praktikum acara uji biologi adanya hama dan
penyakit dalam tanah bertempat di Laoratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian. Sedangkan waktu
pelaksanaan praktikum yaitu pada tanggal 27 April 2012, pukul 14.00 WIB - selesai.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.
Pot plastik
2.
Kayu lanjaran
3.2.2 Bahan
1.
Media tanam
a.
Tanah (KNO)
b.
Tanah + Bahan Organik (BNO)
c.
Tanah +Sekam(SNO)
2.
Bibit Tomat (Sebagai tanaman
indikator)
3.
Air
3.3 Cara Kerja
1.
Memasukkan beberapa macam media
tanam kedalam timba plastic/pot plastic masing-masing sesuai perlakuan dan
jumlah 4 pot
2.
Menanami masing-masing timba
plastic yang berisi media tanam dengan tanaman indicator (bibit tomat) 1 pot 3
bibit tomat.
3.
Tanaman indicator dipelihara
dengan baik agar tidak mati dan setiap hari dilakukan pengamatan dan hitung
jumlah tanaman yang menunjukan gejala dan mendeskripsikan gejalanya untuk
menyimpulkan penyebab nematodanya
4.
Menumbuhkan tanaman terus
sampai berumur 28 hari setelah tanam
3.4 Pengamatan
1.
Mengamati adanya gejala atau
hal lain yang timbul di atas permukaan tanah misalnya tanaman layu, menguning,
daun mengelintir, gulama yang tumbuh dan lain-lain dilakukan setiap hari atau
tiga hari sekali. Selanjutnya tentukan penyebab penyakitnya berdasar pada
gejala yang muncul serta jenis-jenis gulama yang tumbuh
2.
Memasukkan data-data yang
diperoleh ke dalam table pengamatan kemudian cari kesimpulannya
BAB 4. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Parameter pengamatan uji biologi tanah dengan indikator
tanaman tomat pada ulangan 1sampai 4
Media
|
Pot
|
Hari ke-
|
||||||||
7
|
14
|
21
|
||||||||
Warna daun
|
Kondisi batang
|
Bentuk tanaman
|
Warna daun
|
Kondisi batang
|
Bentuk tanaman
|
Warna daun
|
Kondisi batang
|
Bentuk tanaman
|
||
KNO
|
1
|
H
|
k
|
N
|
HK
|
k
|
N
|
HK
|
k
|
N
|
2
|
H
|
k
|
N
|
HK
|
k
|
N
|
HKK
|
k
|
N
|
|
3
|
H
|
k
|
N
|
HKK
|
k
|
N
|
HKK
|
k
|
N
|
|
4
|
H
|
k
|
N
|
BP
|
k
|
N
|
BP
|
k
|
N
|
|
SNO
|
1
|
H
|
k
|
N
|
BH
|
k
|
N
|
BCH
|
L
|
Ab
|
2
|
H
|
k
|
Ab
|
BH
|
k
|
Ab
|
BH
|
k
|
Ab
|
|
3
|
H
|
k
|
N
|
BP
|
L
|
N
|
BK
|
k
|
N
|
|
4
|
HCL
|
L
|
M
|
M
|
M
|
M
|
M
|
M
|
M
|
|
BNO
|
1
|
K
|
k
|
N
|
BP
|
L
|
Ab
|
M
|
M
|
M
|
2
|
HC
|
k
|
N
|
H
|
k
|
N
|
M
|
M
|
M
|
|
3
|
H
|
k
|
N
|
H
|
k
|
N
|
M
|
M
|
M
|
|
4
|
H
|
k
|
N
|
H
|
k
|
N
|
M
|
M
|
M
|
|
T.pisang
|
1
|
BK
|
k
|
N
|
BK
|
k
|
N
|
BCK
|
L
|
N
|
2
|
BK
|
k
|
N
|
BK
|
k
|
N
|
BCK
|
L
|
N
|
|
3
|
BK
|
k
|
N
|
BK
|
k
|
N
|
M
|
M
|
M
|
|
4
|
BK
|
k
|
N
|
BK
|
k
|
N
|
M
|
M
|
M
|
Keterangan :
HCL : Hijau coklat layu BH:
bercak hijau Ab: abnormal
L : lunak BP:
bercak putih k: keras
M : mati BCH:
bercak coklat hijau H: hijau
N
: normal BK: bercak
kuning BCK: bercak coklat kuning
HKK:
hijau kuning kecoklatan
4.2 Pembahasan
Dari tabel hasil pengamatan diatas dapat dilihat bahwa
pada pengamatn pertama yaitu pada kondisi tanaman tomat berumur 7 hari setelah tanam, ditemukan penyakit dumping off/Rebah
Kecambah, Busuk Pangkal Batang yang pada perlakuan sekam + tanah (SNO) yaitu
pada ulangan ke tiga yang kemudian menyebabkan tanaman tersebut roboh dan
akhirnya mati. Sedangkan pada perlakauan lain tidak ditemukan penyakit rebah
kecambah. Semai tomat sering kali terserang penyakit semai roboh yang
mengakibatkan bibit yang masih kecil sakit dan roboh (damping off). Penyebab
penyakit ini adalah Rhizoctonia, Phytophthora nicotianae, dan Corticium
rolfsii.
Sedangkan untuk pengamatan tanaman berumur 14 hari
setelah tanam terdapat layu pada perlakuan tanah. Layu ini dapat disebabkan
oleh kurangnya penyiraman, keruangan unsur N atau karena terkena penyakit layu
bakteri. Namun dilihat dari gejalanya ini merupakan penyakit yang disebabkan
oleh bakteri maupun jamur dimana pada tanaman mengalami gejala seperti pada
daun ditemukan bercak kuning, dan daun kecoklatan pada bagian ujung daun tomat
tersebut. Pada hari ke 14 ini juga adanya serangan dari jamur rebah kecambah
dimana pada bagian batang tomat ditemukan memiliki kelunakan dimana tanaman ada
yang tumbuh optimal yaitu pada media SNO dan abnormal pada media BNO, serta KNO
dan tanah pisang hal ini dikarenakan adanya serangan dari cendawan dan bakteri
yang terdapat pada media tumbuh tersebut. Beberapa faktor juga dapat
mempengaruhi tumbuhnya atau menyebarnya cendawan dan bakteri yang menyerang
tanaman tomat tersebut, faktor itu bida suhu, kelembabn dan media campura yang
bersifat pembawa.
Dari data juga menunjukkan bahwa untuk hari terakhir
yaitu pada hari ke-21 tanaman tomat yang sebagai indikator media tanam mengalami
kematian yang cukup banyak dibanding dengan yang masih hidup. Tanaman tomat
yang masih hidup juga tidak terhindar dari serangan bakteri tersebut, tanaman
juga menunjukkan gejala adanya bercak pada daun dan batang yang lunak dan juga
yang batangnya keras. Selain terserang oleh bakteri tanaman ini juga diserang
oleh hama trips yang menimbulkan bercak putih panjang pada daun. Media campuran
yang dilakukan pada media seperti pencampuran oleh bahan organic, sekam dapat
memicu timbulnya patogen karena bahan tersebut belum tentu steril atau bersih
dari patogen sehingga media campuran tersebut bisa dikatan sebagai faktor
pembawa patogen. Dimana sekam merupakan penyedia nurisi untuk tempat tumbuhnya
jamur, begitu juga dengan kompos yang didapat dari toko-toko juga teryata tidak
steril.
Faktor yang mpengaruhi seperti suhu tinggi mendukung
perkembangan penyakit. Di dataran rendah penyakit timbul lebih berat karena
suhu udara relatif tinggi. Bakteri berkembang baik di tanah alkalis yang
suhunya agak tinggi di saat banyak hujan. Intensitas penyakit sangat
dipengaruhi oleh tanaman terinfeksi pada musim sebelumnya. Gejala Serangan
.Tanaman layu dimulai dari pucuk (daun muda) menjalar ke daun bagian bawah
sampai seluruh daun layu dan tanaman mati. Cendawan membentuk miselium yang
berwarna gelap. Konidiofor keluar dari jaringan tanaman sakit dan berwarna
gelap. Cendawan dapat bertahan pada tanaman sakit, sisa-sisa tanaman sakit dan
biji. Dalam jaringan daun sakit, miselium dapat bertahan 1 tahun atau lebih dan
dalam suhu kamar konidium dapat tetap hidup selama 17 bulan. Biji dari buah
sakit dapat terinfeksi. Konidium mudah lepas oleh angin dan dapat disebarkan
oleh kumbang.
Patogen seperti cendawan dapat menyerang bibit dan
tanaman muda. Gejala dapat terjadi pada daun, dan batang. Pada daun terdapat
bercak -bercak kecil bulat, bersudut, dan berwarna coklat tua sampai hitam. Di
sekitar bercak nekrotik terdapat halo sempit. Pada serangan berat banyak
terdapat bercak, coklat pada ujung daun kemudian menyoklat dan menjadi layu
serta gugur sebelum waktunya. Selain tanaman tomat diserag oleh patogen juga
terdapat serangan dari hama yaitu hama trips yang menyebabkan gejala pada daun
seperti adanya bercak putih seperti garis yang melengkok – lengkok, hal
tersebut disebabkan oleh hama trips yang berada di bawah permukaan dan atas.
Gambar 1. Daun tanaman tomat yang terkena
penyakit layu (kiri) dan daun tomat yang terkena hama thrips (kanan)
Dalam praktikum yang telah
kami adakan untuk pengamatan uji biologi yang bagian terserangnya nemetoda yang
menimbulkan puru pada akar tidak ditemui pada akar tanaman dari setiap tanaman
tomat yang ditumbuhkan pada setiap media yang berbeda hal ini dikarenakan oleh
tanaman yang baru tanam mengalami kematian akibat serangan dari bakteri maupun
jamur yang bersifat patogen bagi tanaman yang masih muda yaitu seperti penyakit
rebah kecambah yang menyerang pada tanaman muda atau bibit, sehingga untuk
nematoda yang bersifat parasit bagi tanaman tidak dapat menyerang karena faktor
perakaran tanaman yang masih begitu kecil dan muda utuk diinfeksi oleh nematda
tersebut.
Serangan nematoda menimbulkan
gejala yang beragam tergantung pada jenis nematoda, jenis tumbuhan yang
terserang dan keaadaan lingkungan, nematoda yang menyerang akar akan menimbulkan
gejala terutama pada akar, tetapi gejala ini biasanya disertai dan munculnya
gejala pada bagian atas tanaman, yaitu berupa gejala tanaman kerdil, daun
menguning, dan layu yang berlebihan dalam cuaca panas.
Puru akar merupakan ciri khas
dari serangan nematoda Meloidogyne. Puru akar tersebut terbentuk karena
terjadinya pembelahan sel-sel raksasa pada jaringan tanaman sel-sel ini membesar dua atau tiga kali dari
sel-sel normal. Selanjutnya akar yang terserang akan mati dan mengakibatkan
pertumbuhan tanamn terhambat. Respon tanaman terhadap nematoda puru akar
merupakan respon dari seluruh bagian tanaman dan respon dari sel-sel tanaman,
seluruh bagian tanaman memberikan respon terhadap infeksi dan menurunnya laju
fotosintesis, pertumbuhan dan hasil. Beberapa spesies nematoda puru akar
membentuk tipe puru yang sama sehingga sulit untuk dapat dibedakan satu dengan
lainnya. Puru yang dihasilkan oleh nematoda tergantung dari spesies tanaman.
BAB 5. KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dan pembahasan diatas dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Dari ke 3 perlakuan media semuanya
terdapat penyakit yang menyerang tanaman tomat. Penyakitnya anatara lain layu
bakteri, dan bercak daun. Namun terdapat juga hama, yaitu hama thrips.
2.
Media tanam yang digunakan
dalam praktikum kali ini pada dasarnya hampir semua kurang sehat karena pada
media tanam yang diperlakukan terdapat penyakit yang berasal dari tanah maupun
hama.
3.
Tanaman yang mengalami sakit
menunjukkan bahwa tanah atau media yang digunakan tidak sehat karena media
tersebut sudah terinfeksi oleh patogen dan nematoda.
5.2
Saran
Diperlukannya ketekunan dan
keteraturan dalam melakukan perwatan tanaman indikator dapat diketahui pada
perlakuan media mana yang seharusnya terdapat nematoda puru akar serta
pemahaman dasar oleh praktikan tentang uji biologi adanya penyakit, hama, gulma
tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, N.G. (1996) Ilmu Penyakit Tumbuhan. Terjemahan Busnia, M dan Martoredjo,
T. , Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Dropkin, V.H. (1996). Pengantar Nematologi Tumbuhan (Edisi kedua). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
(Terjemahan : Supratoyo).
Hidayah, N dan Djajad. 2009 Sifat-Sifat
Tanah yang Mempengaruhi Perkembangan Patogen Tular Tanah pada Tanaman Tembakau.
Perspektif 8(2) : 74- 83.
Hindersah dan Simarmata. 2004. Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam Meningkatkan Kesehatan
Tanah. Jurnal Natur Indonesia 5(2):
127-133.
Maskar dan Gafur, S. 2006. Budidaya Tomat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sulawesi
Tengah.
Margarettha. 2009. Studi Biologi Tanah Dalam
Penerapan Beberapa Teknik Pengolahan Tanah Dan Sistem Pertanaman Pada Ultisol. Jurnal Agronomi 8(2): 117-120.
Utomo, B. 2000. Eksplorasi Fungi Pada Tanah Gambut Berrada Pada Lapisan
Fibrik, Hemik, Dan Saprik. Media Unika 73
Edisi ke-4
Yulianti, T. 2009. Pengelolaan Patogen Tular Tanah
Untuk mengembalikan Kejayaan tanaman tomat. Perspektif 8(1) : 1–16.
Slingo Casino Review - Exclusive 200% Bonus up to €100 + 100 Spins
BalasHapusthe casino site. Try 카지노 this slot for free with the no deposit bonus for online 제왕 카지노 casino games, as well as demo free play! Rating: 5 · 샌즈카지노 Review by choegocasino.com