coursor

Hetalia: Axis Powers - Taiwan

Sabtu, 18 Mei 2013

LAPORAN TIPP Pembuatan Pestisida Nabati Fermentasi



BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui pemupukan tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas dari serangan hama penyakit. Untuk pemberantasan hama tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan berbagai jenis zat kimia yang disebut dengan pestisida yang sering digunakan oleh petani. Namun penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Dampak negatif dari penggunaan pestisida diantaranya adalah meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida, membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan yang salah dapat mengakibatkan racun bagi lingkungan, manusia serta ternak. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang berasal dari tumbuhan (pestisida nabati/ biopestisida). Pestisida nabati tidak mencemari lingkungan karena bersifat mudah terurai sehingga relatif aman bagi ternak peliharaan dan manusia.
Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga. banyak sedikitnya pemberian atau aplikasi pestisida nabati tidak menimbulkan dampak negative sehingga aman dan cara pembuatan pestsida nabati tidaklah sulit untuk dilakkan dan bahan – bahanya terdapat di alam semua.
Kurang taunya petani akan pestisida nabati dan cara pembuatanya maka meyebabkan petani enggan untuk menggunakan pestisida nabati dalam mengatasi hama dan penyakit tanamannya. Oleh karena itu maka pengembangan metode ekstraksi alternatif yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan. Jika metode alternatif yang efektif dan efisien telah dikembangkan, maka secara tidak langsung dapat meningkatkan minat para petani untuk menggunakan insektisida nabati dalam pengendalian hama di lapangan, terutama para petani yang mengekstraksi sendiri bahan tumbuhan yang akan digunakan.

1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui proses pembuatan biopestisida dalam pengendalian organisme penggangu tanaman seperti hama dan cara pembuatan pestisida nabati fermentasi yang benar.






















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
            Istilah biopestisida terdiri dari tiga suku kata, yaitu bio, pest dan sida. Bio artinya hidup. Pest artinya hama atau organisme pengganggu yang dapat berupa penyakit atau bahkan menyebabkan kematian. Sida artinya pembunuh. Jadi biopestisida dapat diartikan sebagai semua bahan hayati, baik berupa tanaman, hewan, mikroba atau protozoa yang dapat digunakan untuk memusnahkan hama dan penyebab penyakit pada manusia, hewan, dan tanaman. Dalam istilah Indonesia sering juga para pakar di biang ini menyebutnya  dengan istilah agensia pengendali hayati (Indriani, T, 2006).
Biopestisida dapat diartikan sebagaimana semua bahan hayati, baik berupa tanaman, hewan, mikroba, atau protozoa yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman. Penggunanya memberikan banyak manfaat. Selain efektif mengendalikan hama dan penyakit, ternyata terbukti dapat meningkatkan hasil panen. Penggunaan Biopestisida pun umumnya lebih efektif pada dosis rendah dan cepat terurai sehingga pemaparannya lebih rendah dan terhindar dari masalah pencemaran. Lain hanya pestisida kimia yang sering kali menimbulkan dampak residu (Tombe, M, 2008).
   Biopestisida atau pestisida hayati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari mikrooeganisme seperti cendawan, bakteri, nematoda atau virus. Berbeda dengan pestisida yang mengandung zat racun, sehingga berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan biopestisida dan pestisida nabati lebih ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan manusia (Tombe, M, 2008).
Pestisida mikrobial (microbial pesticide), yaitu jenis produk biopestisida yang mengandung mikroorganisme (bakteri, virus, fungi, dan protozoa)sebagai bahan aktif. Secara sempit kelompok ini sering disebut agen pengendali hayati atau agen hayati (biological control agens). biopestisida juga diistilahkan sebagai pestisida biorasional. Artinya, tidak mengakibatkan pemusnahan total dari populasi hama yang ada dan organisme lain yang tidak menjadi targer perlakuan (Tombe, M, 2008).
Menurut Kardinan (2002) menatakan bahwa penggunaan insektisida nabati merupakan alternative untuk mengendalikan serangga hama. Insektisida nabati relatif mudah didapat, aman terhadap hewan bukan sasaran, dan mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan pengaruh samping (Tohir, 2010).
Maryani (1995) mengemukakan bahwa biji sirsak mengandung bioaktif asetogenin yang bersifat insektisidal dan penghambat makan (anti-feedant). Buah mentah, biji, daun, dan akar sirsak mengandung senyawa kimia annonain yang dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, penolak serangga (repellent), dan anti-feedant dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut (Tohir, 2010).
Jacobson (1981) menyatakan mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tumbuhan yang umum ditanam sebagai tanaman peneduh. Tanaman ini mempunyai potensi yang tinggi sebagai insektisida botanik. Karena bersifat toksid terhadap beberapa jenis hama dari ordo Orthoptera, Homoptera, Coleoptera, Lepidoptera, Diptera dan Heteroptera. Daun dan biji mimba diketahui mengandung Azadirachtin (bukhari, 2010).
Prijono dan Triwidodo (1994) menyatakan ekstrak mimba dapat dibuat secara sederhana dengan menggunakan air sebagai pelarut. Salah satu cara pengendalian hama di lapangan ialah dengan menyemprotnya pada tanaman. Konsentrasi penyemprotan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengendalian hama dan produksi tanaman. Penyemprotan ekstrak daun mimba secara periodik dan tepat konsentrasi diharapkan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas tanaman termasuk sawi yang merupakan objek penelitian. Karena senyawa tumbuh-tumbuhan umumnya mempunyai tingkat residu yang pendek (singkat), sehingga kurang menguntungkan pada saat serangan hama yang berat (bukhari, 2010).
Ada 4 kelompok insektisida nabati yang telah lama dikenal (Oka, 1993) yaitu golongan nikotin dan alkaloid lainnya, bekerja sebagai insektisida kontak, fumigan atau racun perut, terbatas pada serangga yang kecil dan bertubuh lunak, piretrin, berasal dari Chrysanthemum cinerarifolium, bekerja menyerang syaraf pusat, dicampur dengan minyak wijen, talk atau tanah lempung digunakan untuk lalat, nyamuk, kecoa, hama gudang, dan hama penyerang daun, rotenon dan rotenoid, berasal dari tanaman Derris sp. dan bengkuang (Pachyrrhizus eroses) aktif sebagai racun kontak dan racun perut untuk berbagai serangga hama, tapi bekerja sangat lambat, Azadirachtin, berasal dari tanaman mimba (Azadirachta indica), bekerja sebagai “antifeedant” dan selektif untuk serangga pengisap sejenis wereng dan penggulung daun, baru terurai setelah satu minggu (Karmawati dan Balfas, 2007).
Menurut Wiwin,. dkk (2008) menyatakan biji mimba mengandung beberapa komponen aktif antara lain azadirachtin, salannin, azadiradion, salannol, gedunin, nimbinen dan deacetyl nimbinen. Dari beberapa komponen aktif tersebut ada empat senyawa yang diketahui berfungsi sebagai pestisida yaitu azadirachtin, salannin, nimbinen dan meliantriol (Wowiling 2008).
Azadirachtin merupakan senyawa yang paling banyak terdapat dalam biji mimba. Satu gram biji mimba mengandundung 2-4 mg azadirachtin, dimana senyawa ini tidak mematikan serangga secara langsung, tetapi melalui mekanisme menolakmakan serta mengganggu pertumbuhan dan reproduksi serangga. Salannin mempunyai daya kerja sebagai penghambat makan serangga. Nimbinen mempunyai daya kerja sebagai antivirus. Sementara meliantriol mempunyai daya kerja penolak serangga (Wowiling 2008).
Ektraksi mimba mempengaruhi serangga melalui berbagai macam cara, antara lain menghambat stadium larva, mengganggu kopulasi dan komunikasi seksual serangga, mencegah betina untuk meletakkan telur, menghambat reproduksi atau menyebabkan serangga mandul, meracunilarva dan dewasa, dan mengurangi napsu makan atau memblokir kemampuan makan (Wowiling 2008).







BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum Teknologi Inovasi Produksi Pertanian dengan acara Pembuatan Pestisida Nabati Fermentasi dilaksanakan pada hari Jumat, 30 November 2012 pukul 15.00 – selesai bertempat di Laboratorium Penyakit Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Jurigen 5 Liter
2. Blender
3. Saringan
4. Corong
5. Timbangan

3.2.2 Bahan
A. Cara 1
1. Air cucian beras 1liter
2. Alkohol 10 sendok makan
3.  Cuka 10 sendok makan
4. Gula pasir 1kg
5. Perasan umbi gadung 10 sendok makan
6. daun pacar cina
7. Bakteri 10 sendok makan
8. Daun klekeh, sirih, kecubung, mahoni, sirsak 1 genggam

B. Cara 2
1.    Tembakau 100 gram
2.    Kenikir 100 gram
3.    Pandan 100 gram
4.    Kemangi 100 gram
5.    Kunyit 100 gram
6.    Bawang putih 100 gram
7.    Aquades 1 liter
8.    Dekomposer BSA -2cc (EM-4)
9.    Gula pasir 2 sendok makan

C. Cara 3
1.    Air cucian beras 1liter
2.    Molase/tetes tebu 1 cc
3.    Alkohol 40% 100 cc
4.    Cuka 100 cc
5.    EMA 100 cc

D. Cara 4
1.    Daun mimba bandotan 6 kg
2.    Daun serai 6 kg
3.    Laos 6 kg
4.    EMA 1 liter
5.    Air 20 liter
6.    Gula pasir 0,25 kg

3.3 Cara Kerja
1.    Mencampur seluruh bahan pada masing-masing perlakuan atau cara.
2.    Menghaluskan bahan-bahan yang sudah dicampur menggunakan blender dan menambahkan bakteri kedalamnya sesuai perlakuan.
3.    Menyaring hasil dari blenderan ke dalam jurigen.
4.    Meniamkan selama 3, 7 dan 14 hari.
5.    Mengamati warna, aroma dan endapan dari hasil pembuatan pestisida nabati.

BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Pembuatan Pestisida Nabati Fermentasi
Pestisida nabati
Warna
Aroma
Endapan
0
3
7
14
0
3
7
14
0
3
7
14
Cara 1
Hijau tua
Kuning tua
Kuning coklat
Kuning coklat
Tidak menyengat
Menyengat
Tidak menyengat
Tidak menyengat
Tidak mengendap
Mengendap
Mengendap
Mengendap
Cara 2
Hijau tua
Coklat muda
Coklat muda
Coklat muda
Menyengat
Tidak menyengat
Tidak menyengat
Tidak menyengat
Tidak mengendap
Mengendap
Mengendap
Mengendap
Cara 3
Coklat tua
Coklat tua pekat
Coklat tua pekat
Coklat tua pekat
Menyengat
Tidak menyengat
Tidak menyengat
Tidak menyengat
Mengendap
Mengendap
Mengendap
Mengendap
Cara 4
Hijau tua pekat
Kuning tua pekat
Kuning kecoklatan
Kuning kecoklatan
Menyengat
Tidak menyengat
Tidak menyengat
Tidak menyengat
Mengendap
Mengendap
Mengendap
Mengendap

4.2 Pembahasan
Praktikum pembuatan pesisida nabati fermentasi ini menggunakan bahan alami berupa bahan alami sebagai bahan utamanya dan penambahan bakteri. Bakteri yang digunakan adalah effective microorganisms-4 biasa disingkat EM-4 merupakan suatu kultur campuran beberapa mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam lingkungan hidup tanaman sebagai penekan dan pengendali perkembangan hama dan penyakit. EM merupakan kultur campuran dari mikroorganisme fermentasi (peragian) dan sintetik (penggabungan) yang bekerja secara sinergis (saling menunjang ) untuk memfermentasi bahan-bahan alami dalam pembuatan pestisida nabati. Fungsi atau kegunaan dari EM-4 sebagai bahan dasar fermentasi (proses endapan menggunakan bakteri) untuk pembuatan pestisida nabati yaitu mempercepat proses dekomposisi (pembusukan). Dalam pembuatan pestisida nabati fermentasi bahan yang juga menggunakan bahan gula dalam pencampurannya hal ini dikarenakan gula merupakan makanan bagi mikroorganisme yang ada dalam larutan EM4 karena EM-4 mengandung beberapa mikroorganisme utama yaitu bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi ( yeast ),actinomycetes dan jamur fermentasi.
Pestisida nabati merupakan salah satu jenis pestisida yang potensial untuk digunakan dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Pestisida nabati diperoleh dari ekstrak tanaman yang dapat berfungsi sebagai senyawa pembunuh, penolak, pengikat dan penghambat pertumbuhan di alam sekitar kita. Kelebihan Pestisida Nabati adalah Degradasi/penguraian yang cepat oleh matahari sehingga mudah terurai menjadi bahan yang tidak berbahaya, memiliki pengaruh yang cepat yaitu menurunkan nafsu makan serangga hama, walaupun jarang menyebabkan kematian, Memiliki spektrum yang luas (racun lambung dan saraf) dan bersifat selektif, Dapat diandalkan untuk mengendalikan OPT yang resisten terhadap pestisida kimia, Phitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman, murah dan mudah dibuat oleh petani. Sedangkan untuk Kekurangan Pestisida Nabati yaitu Cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga aplikasinya harus lebih sering, Daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan serangga), Produksinya belum bisa dilakukan dalam sekala besar karena keterbatasan bahan baku, Kurang praktis, Tidak tahan di simpan.
Fungsi pestisida nabati dalam pengendalian hama adalah repelan, yaitu menolak/mengusir kehadiran serangga (misal dengan cara mengeluarkan bau yang menyengat/tidak disukai serangga), antifidan, mencegah serangga hama memakan bagian tanaman yang telah diberi pestisida nabati (memberikan rasa tidak enak pada tanaman bagi serangga hama), merusak perkembangan telur, larva, dan pupa, membuat kemandulan pada serangga betina, racun saraf pada serangga, mengacaukan sistem hormon pada serangga, Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dipakai pada perangkap serangga, dan mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri.
Dari data hasil pengamatan pembuatan pestisida nabati fermentasi menunjukkan bahwa pemberian perlakuan mikroorganisme dapat mempercepat terjadinya pembusukan sehingga warna yang ditimbulkan berubah menjadi coklat tua yang mendekai gelap hal ini membuktikan bahwa mikroorganisme yang diberikan telah bekerja efektif dalam fermentasi pestisida nabati. Aroma yang ditimbulkan pada pestisida nabati setiap harinya mengalami penurunan bau yang menyengat menjadi tidak menyengat, hal ini dikarenakan bahan yang sudah didiamkan selama beberapa hari tanaman yang dihaluskan yang menimbulkan bau menyengat dapat menurun baunya karena proses fermentasi. Dan seperti pada umumnya karena pembuatan pestisida nabati ini merupakan penggunaan bahan-bahan alami maka akan menimbulkan endapan ketika diperam selama beberapa hari. Dalam praktikum kali ini pembuatan pestisida fermentasi dapat dilakukan dengan 4 cara yang bahan-bahannya juga berbeda.
Dalam pembuatan pestisida nabati bahan-bahan yang digunakan mempunyai manfaat dalam pengenalian hama dan penyakit tanaman berikut merupaka jenis bahan dan manfaatnya yaitu biji dan daun mimba mengandung bahan aktif azadirachtin, salanin, nimbenen, dan mellantriol. Pestisida organik mimba efektif untuk mengendalikan ulat, hama pengisap, jamur, bakteri, nematoda, dan sebagainya. Daun tembakau mengandung bahan aktif nikotin. Pestisida nabati daun tembakau efektif untuk mengendalikan hama pengisap. Tanaman serai, selain bermanfaat sebagai bumbu masak, juga berpotensi digunakan sebagai pestisida nabati. Daun dan batangnya jika dihaluskan dan ditambahkan air dapat langsung diaplikasikan untuk mengendalikan ulat atau kutu daun.  Bau dari tanaman serai sangat tidak disukai oleh tikus. Karena itu, serai yang ditanam dibedengan sawah dapat menghambat serangan tikus. Daun kenikir bermanfaat untuk mengendalikan hama yang menyerang pertanaman sayuran, terutama untuk mengendalikan ulat daun. Kandungan bahan aktif tanaman pacar cina adalah minyak atsiri, alkoloid, saponin, flavonoid, dan tanin. Pestisida nabati pacar cina efektif untuk mengendalikan hama ulat. Umbi gadung mengandung bahan aktif diosgenin, steroid saponin, alkoloid dan fenol. Pestisida nabati umbi gadung efektif untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap. Biji srikaya dan nona seberang mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati biji srikaya dan nona seberang efektif untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap. Biji jarak mengandung resinin dan alkoloid. Pestisida nabati biji jarak (dalam bentuk larutan) efektif untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap. Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati daun sirsak efektif untuk mengendalikan hama trip. Pestisida nabati cabe efektif untuk mengendalikan beberapa jenis hama tanaman. Namun, harus diingat bahwa dosis yang terlalu tinggi dapat menghanguskan tanaman (terutama untuk tanaman sayuran).  Dalam pengeplikasian untuk pestisida nabati ini harus dilakukan sesering mungkin dan jika dalam pembuatan pestisida ini jika hanya diberi air sedikit maka dalam pengaplikasiannya harus dilarutkan terlebih dahulu dengan air agar tidak terlalu kental, kemudian baru disemprotkan pada tanaman. Penyemprotan biasanya dilakukan 3 hari sekali.













BAB 5. KESIMPULAN
Biopestisida atau pestisida hayati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari mikrooeganisme seperti cendawan, bakteri, nematoda atau virus. effective mikroorganisms-4 atau EM-4 merupakan suatu kultur campuran beberapa mikroorganisme. Fungsi atau kegunaan dari EM-4 sebagai bahan dasar fermentasi (proses endapan menggunakan bakteri) untuk pembuatan pestisida nabati yaitu mempercepat proses dekomposisi (pembusukan). Fungsi pestisida nabati dalam pengendalian hama adalah repelan, antifidan, mencegah serangga hama memakan bagian tanaman, merusak perkembangan telur, larva, dan pupa, membuat kemandulan pada serangga betina, racun saraf pada serangga, mengacaukan sistem hormo, Atraktan, dan mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri.


















DAFTAR PUSTAKA
Bukhari. 2010. Efektifitas Ekstra Daun Mimba Terhadap Pengendalian Hama Plutella Xylostella L. Pada Tanaman Kedelai. Ilmu Pertanian 7(4) : 21 – 29.

Indriani, T. 2006. Kemanjuran Beberapa Jenis Tumbuhan Rawa Yang Berpotensi Sebagai Insektisida Nabati Terhadap Ulat Buah (DIAPHANIA INDICA ). Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 1 (1): 1-4.
Karmawati, E dan Balfas, R. 2007. Pengendalian Kutu Daun Dengan Beberapa Pestisida Nabati Dan Beuveria Bassiana. Biodiversitas 3(1) : 10 – 18.

Tohir. 2010. Teknik Ekstraksi Dan Aplikasi Beberapa Pestisida Nabati Untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera Litura Fabr.) Di Laboratorium. Tehnik Pertanian 15(1) : 37 – 40.

Tombe. 2008. Pemanfaatan Pestisida Nabati Dan Agensia Hayati Untuk Pengendalian Penyakit Busuk Jamur Akar Putih Pada Jambu Mete. Littro. 19(1)68 – 77.

Wowiling. 2008. Pestisida Nabati Mimba ( Azadirachta Indica A.Juss) Dalam Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Opt). Regional Inovasi Teknologi Pertanian 5(2) : 509 – 518.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar