coursor

Hetalia: Axis Powers - Taiwan

Sabtu, 18 Mei 2013

LAPORAN MIKROBIA



BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehilangan hasil akibat busuk merupakan dasar dikembangkannya teknik-teknik penanganan hasil bagi produk panenan hortikultura. Penyakit-penyakit paska panen merupakan kenyataan yang menentukan dipilihnya suatu teknik penanganan diterapkan. Mengetahui organisme penyebab penyakit dan komoditi inang serta teknik-teknik penanganan merupakan tiga hal yang saling terkait bagi suksesnya upaya mempertahankan komoditi panenan tetap segar hingga sampai pada konsumen. Praktek-praktek penanganan yang diterapkan atau dilakukan mungkin saja juga berpengaruh terhadap kepekaan komoditi panenan terhadap penyebab penyakit. Hal ini dikarenakan karena tingkat kematangan, pemasakan dan senesen (penuaan). Selain daripada itu, bekas-bekas pemotongan, luka memar ataupun lecet membuat kesempatan organisme penyebab penyakit akan lebih mudah menginfeksi komoditi panenan tersebut. Kondisi tekanan (stress) akibat suhu tinggi atau rendah memungkinkan menyebabkan perubahan dalam aspek fisiologis yang tentunya akan memudahkan bagi berkembangnya penyebab penyakit dan semakin pekanya komoditi terdapat sesuatu jenis penyebab penyakit.
Faktor-faktor utama bagi perkembangan penyakit pasca penen komoditi hortikultura adalah inang (tanaman), penyebab penyakit (microorganisme) dan lingkungan. Faktor lingkungan terdiri atas suhu, kelembaban relatif dan komposisi atmosfir (ruang) simpan. Jadi terdapat tiga faktor utama yang sering juga dikenal sebagai segi tiga penyakit (pathogen/microorganisme – inang - lingkungan). Penyakit-penyakit yang muncul pada komoditi pada fase penanganan setelah panen dikenal sebagai penyakit pasca panen.
Peristiwa pembusukan pada sayuran dan buah dapat disebabkan oleh aktivitas jamur dan bakteri. Mikrobia yang tumbuh dalam komoditi satu denganyang lainnya sangat berbeda sekali. Dalam hasil pertanian tersebut tidak jarangyang gagal dalam panen. Mikroba yang tumbuh pada sayur dan buah terutamasaat pascapanen sanngat tidak baik. Maka dari itu, perlu adanya usaha agar sayur dan buah yang dipanen bebas dari mikroba sehingga layak dikonsumsi. Untuk mengetahui ada tidaknya mikroba pada sayur dan buah perludilakukan pengujian dan penghitungan jumlah mikroba yang terdapat dalam sayur dan buah tersebut. Pada praktikum ini mahasiswa diajarkan car  melakukan pengujian dan penghitungan jumlah mikroba pada komoditi sayuran dan buah-buahan. Pengujian ini dilakukan dengan melakukan pengenceran ekstrak darisayur dan buah yang ingin diuji dan dihitung kemudian diinkubasi pada media NA selama beberapa hari. Pengujian ini juga bertujuan agar dengan mengetahui jumlah mikroba yang terdapat pada sayur dan buah kita dapat lebih berhati-hatiterhadap buah dan syur yang dikonsumsi.

1.2 Tujuan
            Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah untuk mengetui sifat – sifat bakteri dan jumlah bakteri yang ada dalam produk hortikultura baik yang sudah diperlakukan maupun yang belum diperlakukan.

















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Produk pascapanen hortikultura segar buah-buahan dan sayur-sayuran adalah produk yang masih hidup dicirikan dengan adanya aktivitas metabolisme yaitu respirasi. Produk pascapanen hortikultura segar juga sangat mudah mengalami kerusakankerusakan fisik akibat berbagai penanganan yang dilakukan. Kerusakan fisik ini terjadi karena secara fisik-morfologis, produk hortikultura segar mengandung air tinggi (85-98%) sehingga benturan, gesekan dan tekanan sekecil apapun dapat menyebabkan kerusakan yang dapat langsung dilihat secara kasat mata dan dapat tidak terlihat pada saat aktifitas fisik tersebut terjadi (Utama, S, 2006).
Saat panen, produk segar telah dilabui oleh beragam macam mikroorganisme di bagian permukaan produk dan dapat pula berada di dalamnya. Mikroorganisme patogenik yang berada di dalam produk dapat belum berkembang selama pertumbuhan bagian yang dipanen masih berada pada tanaman induknya dan melakukan pertumbuhan dan perkembangan setelah panen (infeksi laten). Mikroorganisme yang melabuhi permukaan produk beragam mulai dari yang saprofit dan patogenik. Bila terjadi kerusakan mekanis ataupun kemunduran fisiologis pada produk, maka mikroorganisme patogenik akan tumbuh dan berkembang menyebabkan pembusukan (Utama, S, 2006).
Produk segar pascapanen dilabuhi oleh berbagai jenis mikroorganisme yang dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu  mikroorganisme penyebab penyakit pada jaringan produk tanaman (plant pathogenic microorganisms), mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia atau binatang (human or animal-pathogenic microorganisms), dan mikroorganisme non-patogenik (Hendro, S, 1984).
Secara umum mikroorganisme patogenik pada sayuran dan buah-buahan pada awal infeksinya berbeda jenisnya.  Perbedaan jenis mikroorganisme yang tumbuh ini disebabkan oleh kondisi keasaman produk berbeda.  Pada produk sayur-sayuran dimana keasaman umumnya rendah yaitu dengan (pH>4.5) maka mikroorganisme yang tumbuh umumnya bakteri.  Sedangkan pada produk buah-buahan dengan keasaman tinggi4 (pH<4.5) maka mikroorganisme yang tumbuh kebanyakan jamur (El-Ghaouth and Wilson, 1995).
Cara infeksi dari mikroorganisme penyebab pembusukan dapat berbeda yang dat dibagi manjadi tiga, yaitu; 1) infeksi laten, 2) infeksi melalui luka setelah panen, 3) infeksi langsung pada produk utuh.  Infeksi laten adalah cara infeksi yang dilakukan saat produk masih di kebun tumbuh bersama tanaman induknya.  Pada kondisi dimana produk masih di kebun umumnya masa mikroorganisme pembusuk tidak dapat tumbuh dan berkembang tetapi dalam keadaan dorman (Nazaruddin. 2000).
Aktivitas mikroba pada komoditi sayur dan buah dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor biotik dan faktor abiotik (fisika dan kimia) (Nazaruddin. 2000).
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum.Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhuoptimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimumadalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba (Hendro, S, 1984).
Infeksi mikroba pembusuk bisa terjadi sebelum atau sesudah panen Infeksi sebelum panen dikenal sebagai latent infection dimana mikroba masuk ke jaringan sel sehat sewaktu inang masih muda dan dormansi sampai komoditi dipanen. Pertumbuhan sel mikroba mulai berlangsung saat komoditi mengalami perubahan struktur jaringan sel akibat ripening atau kelewat masak sehingga jaringan sel mudah dirusak oleh mikroba pembusuk sebagai akibat kandungan gizi komoditi (Utama, S, 2006).




BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Data pengamatan mikrobia
No
Bahan
Jumlah mikroba
Rata-rata
Sifat bakteri
Keterangan
1
2
1
Mangga
33.000
53.000
43.000
Gram negatif
·         Koloni menyebar dan sebagian ada yang tidak menyebar
·         Warna koloni putih susu
·         Warna media putih bening
·         Bentuk koloni bulat
2
Apel
102.000
85.000
93.500
Gram negatif
·         Koloni menyebar dan sebagian ada yang tidak menyebar
·         Warna koloni putih susu
·         Warna media putih bening
·         Bentuk koloni bulat
3
Tomat
41.000
6.000
23.500
Gram negatif
·         Koloni menyebar dan sebagian ada yang tidak menyebar
·         Warna koloni putih susu
·         Warna media putih bening
·         Bentuk koloni bulat
4
Sawi
136.000
93.000
114.500
Gram negatif
·         Koloni menyebar dan sebagian ada yang tidak menyebar
·         Warna koloni putih susu
·         Warna media putih bening
·         Bentuk koloni bulat
5
Kubis
106.000
100.000
103.000
Gram negatif
·         Koloni menyebar dan sebagian ada yang tidak menyebar
·         Warna koloni putih susu
·         Warna media putih bening
·         Bentuk koloni bulat

4.2 Pembahasan
Dari hasil data pengamatan yang dihasilkan terlihat bahwa jumlah bakteri yang dihasilkan tidak sama untuk jumlah terbanyak terdapat pada sawi dan kubis mencapai 100.000 lebih yaitu untuk sawi 114.500 dan untuk kibis 103.000. Sedangka untuk buah apel, mangga dan tomat jumlahnya masih dibawah 100.000 yaitu pada tomat jumlah reratanya 23.500, apel 93.500, dan untuk mangga 43.000. Pada jenis komoditas sayur terdapat bakteri paling banyak hal ini dikarenakan sayuran dekat dengan tanah atau media sehingga bakteri dapat dengan mudah menempel dengan penyebaran yang dibawa oleh angin, percikan air hujan dan lain-lain. Dalam menghitng jumlah mikrobia yang ada pada produk hortikultura yaitu buah dan sayur dihitung dengan menggunakan alan koloni counter yang kemudiah hasil yang didapat dikalikan dengan banyaknya suspense yang digunakan yaitu 103. Untuk menghitung bakteri yang menyebar kita menghitungnya satu atau dianggap satu.
Produk hortikultura sayur-sayuran pada umumnya tidak diperlakukan dalam penyimpanan karena sayuran dikonsumsi manusia secara langsung. Produk hortikultra yang terdapat pada bakteri paling banyak menunjukkan bahwa tingkat kerusakan atau pembusukan dapat terjadi lebih cepat dibandingkan dengan yang jumlah bakterinya sedik. Sifat untuk semua jenis bakteri yang ditemukan pada setiap komoditi produk hortikultura bersifat gram negatif yang artinya bakteri ini tidak berbahaya untuk produk hortikultura jika dikonsumsi setiap harinya dan kemampuan menimbulkan kerusakan sangat rendah. Sifat bakteri dapat diketahui dengan cara uji gram yang menggunakan larutan NaOH yang diteteskan pada cawat petri yang sudah ada baktrinya dan kemudian diaduk baru terlihat lengket atau tidak, jika lengket maka bakteri termasuk gram negatif. Jika dalam produk holtikultura terdapat sifat bakteri adalah gram positif maka produk tersebut berbahaya untuk dikonsumsi.
Pada praktikum kali ini koloni yang didapatkan semuanya menyebar hanya bagian kecil yang tidak menyebar. Penyebab koloni menyebar adalah karena kesalahan dalam melakukan praktikum yaitu dimana seharusnya setelah media NA sudah dituangkan dengan suspense dari buah dan sayur dalam penyimpanan seharusnya dibalik agar uap air tidak jatuh pada media, tetapi yang terjadi media tidak dibalik sehingga air dari uap media tersebut jatuh pada media sehingga tercampur yang menyebabkan koloni menyebar. Warna koloni pada semua bakteri yang ada pada setiap komoditi sama yaitu berwarna putih susu dengan warna media NA berwarna putih bening. Sedangkan untuk bentuk bakteri yaitu bulat. Bkteri memiliki ukuran ubuh yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Bakteri dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu bakteri yang bersifat pathogen dan parasit.
Faktor-faktor utama bagi perkembangan penyakit pasca penen komoditi hortikultura adalah inang (tanaman), penyebab penyakit (microorganisme) dan lingkungan. Peristiwa pembusukan pada sayuran dan buah dapat disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme seperti jamur dan bakteri. Mikrobia yang tumbuh dalam komoditi satu denganyang lainnya sangat berbeda sekali. Dalam hasil pertanian tersebut tidak jarangyang gagal dalam panen. Mikroba yang tumbuh pada sayur dan buah terutama saat pascapanen sangat tidak baik. Maka dari itu, perlu adanya usaha agar sayur dan buah yang dipanen bebas dari mikroba sehingga layak dikonsumsi. Produk holtikultura seperti sayur pada umumnya tidak memiliki daya simpan yang lebih lama dibandingkan dengan yang buah-buahan. Dan sayuran biasanya tidak di perlakukan dalam penyimpanannya akan tetapi hanya di tempatkan pada suhu yang rendah, sedagkan untuk buah-buahan dalam mencegah terjadinya pencepatan pembusukan dapat dilakukan dengan pelapisan lilin, pengemasan dan lain-lain hal ini juga bertujuan untuk mencegah masuknya atau menempelnya bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan rusaknya buah-buahan.
Secara umum mikroorganisme patogenik pada sayuran dan buah-buahan pada awal infeksinya berbeda jenisnya.  Perbedaan jenis mikroorganisme yang tumbuh ini disebabkan oleh kondisi keasaman produk berbeda.  Pada produk sayur-sayuran dimana keasaman umumnya rendah yaitu dengan (pH>4.5) maka mikroorganisme yang tumbuh umumnya bakteri.  Sedangkan pada produk buah-buahan dengan keasaman tinggi4 (pH<4.5) maka mikroorganisme yang tumbuh kebanyakan jamur (El-Ghaouth and Wilson, 1995).
Pada umumnya bakteri yang terdapat pada makanan adalah bakteri jenis basili yang bersifat gram negative dalam kelompok ini berbentuk batang, tetapi beberapa bentuknya sangat pendek sehingga hampir bulat (kokobasili). Dua dari empat jenis yang termasuk dalam grup ini ditemukan pada makanan, tetapi tidak menyebabkan perubahan cita-rasa, tekstur atau bau, misalnya Moraxella dan Acinetobacter.
Bakteri adalah sel prokariot yang khas, uniseluler dan tidak mengandung struktur yang terbatasi membran didalam sitoplasmanya. Gram negatif dan gram positif adalah klasifikasi bakteri yang dibedakan dari ciri- ciri fisik bakteri tersebut. perbedaan yang mendasar terdapat pada peptidoglikan yang terkandung dalam dinding sel kedua bakteri tersebut. pada bakteri gram positif lapisan peptidoglikannya lebih tebal, sedangkan pada gram negatif lapisan peptidoglikan lebih tipis. Sehingga saat identifikasi dengan pewarnaan bakteri gram positif akan berwarna sedangkan bakteri gram negatif warna akan hilang saat disiram etanol. Bakteri gram negatif lebih berbahaya saat menimbulkan penyakit dibanding gram positif karena bakteri jenis gram negatif dapat menghasilkan endotoksin, dan memiliki enzim pada kapsula yang dapat menimbulkan resistensi terhadap antibiotik.
Alat gerak pada bakteri berupa flagellum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagellum memungkinkan bakteri bergerak menuju kondisi lingkungan yang menguntungkan dan menghindar dari lingkungan yang merugikan bagi kehidupannya.Flagellum memiliki jumlah yang berbeda-beda pada bakteri dan letak yang berbeda-beda pula yaitu Monotrik bila hanya berjumlah satu, Lofotrik bila banyak flagellum disatu sisi, Amfitrik bila banyak flagellum dikedua ujung, dan Peritrik bila tersebar diseluruh permukaan sel bakteri. Pertumbuhan pada bakteri mempunyai arti perbanyakan sel dan peningkatan ukuran populasi. Faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan optimum adalah Suhu, Derajat keasaman atau pH, Konsentrasi garam, Sumber nutrisi, Zat-zat sisa metabolism, dan Zat kimia. Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang biak secara aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan membelah diri. Pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan biner yaitu setiap sel membelah menjadi dua. Reproduksi bakteri secara seksual yaitu dengan pertukaran materi genetik dengan bakteri lainnya. Pertukaran materi genetik disebut rekombinasi genetik atau rekombinasi DNA.
Dalam kehidupan manusia bakteri mempunyai peranan yang menguntungkan maupun yang merugikan. Bakteri yang menguntungkan adalah Pembusukan (penguraian sisa-sisa mahluk hidup contohnya Escherichia colie), dan Pembuatan makanan dan minuman hasil fermentasi contohnya Acetobacter pada pembuatan asam cuka, Lactobacillus bulgaricus pada pembuatan yoghurt, Acetobacter xylinum pada pembuatan nata de coco dan Lactobacillus casei pada pembuatan keju yoghurt. Sedangkan yang mergikan yaiu seperti Pembusukan makanan contohnya Clostridium botulinum, Penyebab penyakit pada manusia contohnya Mycobacterium tuberculosis ( penyebab penyakit TBC ), Vibrio cholerae ( penyebab kolera atau muntaber ), Clostridium tetani (penyebab penyakit tetanus ) dan Mycobacterium leprae (penyebab penyakit lepra ), dan Penyebab penyakit pada hewan contohnya Bacilluc antrachis (penyebab penyakit antraks pada sapi ).











BAB.3 METODELOGI


3.1 Waktu dan Tempat
Percobaan praktikum dilakukan di laboratorium penyakit tumbuhan jurusan hama dan penyakit tumbuhan Universitas Jember pada tanggal 13 Desember 2012, pukul 07.00 WIB - selesai. Sedangkan pengamatan dilakukan di laboratorium penyakit tumbuhan tanggal 14 Desember 2012.

3.2  Alat dan Bahan
3.2.1  Alat
1.   Petri
2.   Pinset
3.   Timbangan analitik
4.   Jarum ose
5.   Fourtek
6.   Mortal alu
7.   Laminary air flow
8.   Pembakar bunshen
9.   Koloni counter

3.2.2  Bahan
1.   Buah mangga, tomat, apel
2.   Sayur sawi, dan kubis
3.   Kertas pembungkus
4.   Antiseptik
5.   Alkohol 70%
6.   Aquades

3.3  Cara kerja
1.   Mengambil bahan yang sudah dibawa sebanyak 1 gram secara acak setiap kelompok.
2.   Hancurkan bahan yang sudah diambil.
3.   Masukkan bahan  ke tabung reaksi dengan tambahan aquades sebanyak 10 ml kemudian dikocok. Sampel yang mengandung bakteri diambal 1 ml dan dimasukan ke dalam tabung pengenceran pertama (1/10 atau 10-1) secara aseptis (dari preparasi suspensi) dengan aquades sebanyak 9 ml. Perbandingan berat sampel dengan volume tabung pertama adalah 1 : 9. Setelah sampel masuk lalu dilarutkan dengan dikocok.
4.   Diambil 1 ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke tabung 10-2 secara aseptis kemudian dikocok dengan membenturkan tabung ke telapak tangan sampai homogen. Pemindahan dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir dengan cara yang sama sampai ke tabung 10-3.  Pipet ukur yang digunakan harus selalu diganti, artinya setiap tingkat pengenceran digunakan pipet ukur steril yang berbeda/baru.
5.   Tumbuhkan bakteri denga Cara taburan
Ø  Suspensikan bahan yang mengandung bakteri atau campur bakteri seencer mungkin, maksutnya kelak supaya terjadi koloni-koloni yang terpisah sehingga mudah diisolasi.
Ø  Cairkan nutrien agar dalam penangas air.
Ø  Dinginkan nutrien agar tersebut sampai suhu 500C , selanjutnya inokulasi dengan satu ose suspensi bahan yang mengandung bakteri atau campuran bakteri secara aseptik.
Ø  Seterilkan tangan dengan antiseptik.
Ø  Petri dipanaskan pada pinggirannya dengan cara diputar-putar diatas pembakaran bunshet.
Ø  Seterilkan campuran bakteri dengan memanaskan ujung gelass.
Ø  Ambil campuran bakteri 1 ml masukkan campuran bakteri kedalam petri tutup dan seterilkan.
Ø  Seterilkan nutrien agar yang sudah di encerkan dengan memanaskan ujung glass.
Ø  Masukkan nutrien agar ke petri dan tutup, kemudian seterilkan kembali, putar petri untuk menghomogenkan suspense bakteri.
Ø  Gambar:
Description: clip_image024Description: clip_image026
Description: clip_image028
Ø  bungkus dan tunggu hingga 1 hari lalu amati.


















DAFTAR PUSTAKA
El-Ghaouth, A. And Wilson, C.L. 1995. Biologically-based technologies for the control of postharvest diseases. Posth. News Inform 6: 5-11N.

Hendro Sunarjono. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur – Sayuran Penting di Indonesia. C.V. Sinar Baru, Bandung.

Nazaruddin. 2000. Budidaya dan Pengaturan Panen Buah-buahan DataranRendah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Utama, S. 2006. Pengendalian Organisme Pengganggu Pascapanen Produk Hortikultura dalam Mendukung GAP. Jurnal.
































BAB  5. KESIMPULAN
Produk hortikultura yang terdapat bakteri paling banyak adalah pada jenis sayur-sayuran dibanding dengan buah-buahan. Sifat bakteri yang ada pada setiap komoditi yaitu bersifat gram negative yang artinya dapat menyebabkan buah dan sayur mudah mengalami kerusakan atau busuk. Koloni yang didapat pada semua perlakuan yaitu menyebar hal ini dikarenakan kesalahan dalam penyimpanan yang seharusnya dibalik tidak dibalik sehingga air uap jatuh pada media NA dan menyebabkan koloni menyebar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar