LAPORAN
PRAKTIKUM
TEKNIK
MEDIA TANAM
( ISOLASI JAMUR DAN BAKTERI DARI DALAM TANAH )
oleh :
KELOMPOK / GOL : 2/C
RETNOSARI APRIASTI
11150501079
PROGRAM
STDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2012
BAB.1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Tingkat kesuburan tanah dipengaruhi beberapa
faktor antara lain keanekaragaman mikroba
tanah, faktor
iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban, faktor nutrisi dan lingkungan, serta populasi
mikroba yang merupakan indikator tingkat kesuburan tanah.
Mikrobia adalah hewan renik yang tidak kasat mata. Organisme yang tergolong
mikrobia adalah jamur atau fungi dan bakteri. Tempat tinggal atau habitat mikrobia
bermacam-macam sesuai jenis mikrobia itu sendiri. Di alam populasi mikrobia
tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai
macam sel biokimiawinya.
Dari segi fungsi metabolisme dan manfaat bagi
manusia, terutama pada bidang pertanian, mikroorganisme tanah dapat
dikelompokkan menjadi mikroorganisme yang merugikan (mencakup virus, jamur,
bakteri dan nematoda pengganggu tanaman yang bertindak sebagai hama atau
penyebab penyakit) dan mikroorganisme yang bermanfaat, yaitu sejumlah jamur dan
bakteri yang kerena kemampuannya melaksanakan fungsi metabolisme menguntungkan
bagi pertumbudhan dan peroduksi tanaman. Mikroorganisme tanah yang
menguntungkan ini dapat dikategorikansebagai biofertilizer (pupuk hayati).
Pemanfaatan mikroba tanah untuk meningkatkan
dan mempertahankan kesuburan tanah dalam sistem pertanian organik sangat
penting. Peran mikroba dalam tanah antara lain adalah daur ulang hara,
penyimpanan sementara dan pelepasan untuk dimanfaatkan tanaman dan lain-lain. Di
dalam laboratorium HPT populasi bakteri dan jamur dapat diisolasi menjadi
kultur murni yaitu pertumbuhan jasad renik yang diambil dari hasil suspensi dan
dapat di pelajari morfologi, sifat dan kemampuanya. Untuk mempelajari
karakteristik ekologi dan struktur mikrobia (jamur dan bakteri) maka dilakukan
isolasi bakteri dengan cara pembuatan inokulum pada media DPA (Potato Dextrose
Agar) dan NA yang melibatkan proses sterilisasi di dalamnya.
1.2
Tujuan
1. Untuk
mengetahui jumlah mirobia (jamur dan bakteri) yang ada di dalam tanah.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Allen
dan Allen (1981) menyakan, tingkat kesuburan tanah dipengaruhi beberapa faktor
antara lain keanekaragaman mikroba tanah; faktor iklim seperti suhu, curah
hujan, kelembaban; faktor nutrisi dan lingkungan, serta populasi mikroba yang
merupakan indikator tingkat kesuburan tanah (Purwaningsih, 2005).
Mikrobia mampu
hidup di hampir semua tempat dan keadaan serta mampu bertahan dalam berbagai
keadaan lingkungan seperti suhu, tekanan, PH, tingkat osmosis serta kadar air
yang ekstrim. Mikrobia nersifat mikroskopis yaitu ukurannya yang sangat kecil
sehingga tidak terlihat dengan mata telanjang. (Winamo, 1994)
Jasad-jasad
yang terdapat di dalam mikrobia dapat berperan, baik di bidang yang
menguntungkan seperti proses pembuatan dan peningkatan nilai gizi, nutrisi, dan
organoleptik (rasa dan bau) bahan makanan. Juga secara langsung peranan
jasat-jasad sebagaimpenyebab penyakit pada tanaman, hewan dan manusia, serta
jasad penghasil toksin (racun) yang membahayakan. (Suriawira, 1985)
Setiap
jasad hidup mikrobia memiliki sifat-sifat yang dapat digolongkan ke dalam dua
komponen kegiatan, yaitu metabolisme dan pelestarian diri, untuk
keberlangsungan hidup setiap mikrobia memerlukan sumber nutrien yang akan yang
akan memasuki tubuh yang menyebabkan mikrobia bisa mengadakan aktifiitas,
tumbuh, dan berkembang biak. (Unus, 1985)
Mikroba
( jamur dan nematoda tanah ) memerlukan
zat-zat gizi untuk pertumbuhanya, mereka memerlukan air, energi, nitrogen,
vitamin dan mineral. Hal ini mudah dimengerti karena mikroba mirip manusia
dalam hal kebutuhan akan makanan dan zat gizi agar hidup dengan sehat. Sumber
energy yang paling banyak digunakan mikrobia adalah karbonhidrat termasuk gula
dan terkadang alcohol. Asam amino juga digunakan sebagai sumber energi.
(Winamo, 1992)
Daya
tahan mikrobia sangat tergantung pada banyak faktor separti konsentrasi aon
hidrogen, kebutuhan air, tekanan oksigen, kandungan zat gizi dan senyawa
penghambat. Kadar air dalam bahan makanan juga dikenal sebagai aktifitas
air. Mikrobia sangat memerlukan
tersedianya cukup air untuk tumbuh dan
melangsungkan proses metabolisme dalam tubuhnya. (Winamo, 1994)
Pada
umumnya kepekaan yang berbeda-beda terhadap tekanan oksigen dalam udara
lingkungan hidupnya dari medium pertumbuhanya. Hal ini banyak kaitanya dengan
kemampuan medium atau substrat untuk
dapat menangkap atau melepas electron. (Winamo, 1992)
Mikroba
( jamur dan nematoda tanah ) memiliki
suhu maksimum agar mampu bertahan hidup. Di atas atau dibawah suhu maut
terdapat kisaran yang sempit. Dalam kisaran tersebut masih ada mikroba yang
hidup tetapi tidak mengalami pertumbuhan. Oleh karena itu ada kombinasi waktu
dan yang diperlukan untuk membunuh suatu populasi mikroba. (Winamo. 1992)
Inokulum
murni tunggal terdiri atas satu jenis spora kapang. Inokulum campuran merupakan
berbagai jenis mikroba seperti kapang, jamur, bakteri. Inokulum murni campuran dibuat
dengan campuran Rhizopus oligosporus dan murni klebsiella yang merupakan
bakteri penghasil vitamin B12. (Shurtteff dan Aoyagi, 1979 : 118)
Inokulasi merupakan proses memindahkan
inokulum dari biakan ke inang. Inokulasi adalah suatu
proses patogen atau unit-unit reproduksinya mengadakan kontak dengan tumbuhan. Setelah mengadakan inokulasi inokulum patogen
tertentu (konidium jamur) harus berkecambah,
terbentuklah germ tube (tabung kecambah) yang
selanjutnya membentuk apresorium, berfungsi sebagai alat penetrasi. Pada patogen yang mengadakan penetrasi langsung biasanya
dari apresorium dibentuk penetration peg (tabung infeksi), fungsinya
untuk menembus kutikula dan dinding sel epidermis (Sastrahidayat, 1990).
Inokulasi dapat beberapa macam cara atau jenisnya, yaitu
inokulasi jamur,
inokulasi bakteri, dan inokulasi virus. Pada inokulasi jamur dilakukan melalui luka-luka dan stomata. Untuk inokulasi bakteri dibuat dengan
cara penetrasi patogen dengan bantuan air. Inokulasi
virus dibuat dengan cara melalui suatu kerusakan mekanis
dan dengan perantara virus (Jutono, 1973).
Menurut Glycine max L. Merill
(1998) menyatakan, Isolasi dan kerapatan
pengenceran bakteri endofit
pada jaringan tanaman kedelai mengarah pada
efek yang menguntungkan
bagi tanaman inang
seperti stimulasi
pertumbuhan tanaman dan
resistensi terhadap patogen
tanaman. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui efektivitas antagonisme asal isolat beberapa
bakteri endofit dan kerapatan
pengenceran dalam mengendalikan
penyakit busuk batang
pada tanaman kedelai (Tarigan dan
Kuswandi, 2007).
BAB.3
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan
Tempat
Percobaan
dilakukan di laboratorium HTP tanggal 20 April 2012, pukul 07.00 WIB - selesai.
Sedangkan pengamatan dilakukan di laboratorium HPT tanggal 21 - 24 April 2012
3.2
Alat
dan Bahan
3.2.1
Alat
1.
Petri
2.
Timbangan analitik
3.
Fourtek
4.
Laminary air flow
5.
Pembakar bunshen
6.
Koloni counter
7.
Alat tulis
3.2.2 Bahan
1. Kertas
pembungkus
2. Alkohol
70%
3. Aquades
4. Tanah
+ sekam
5. Tanah
+ organik
6. Tanah
7. Tanah
pisang
3.3
Cara
kerja
3.3.2 Isolasi
bakteri pada Tanah
1.
Tanah diambil sebanyak 1 gram.
2.
Masukkan tanah ke tabung dengan
tambahan aquades sebanyak 10 ml. Sampel yang mengandung bakteri diambal 1 ml
dan dimasukan ke dalam tabung pengenceran pertama (1/10 atau 10-1)
secara aseptis (dari preparasi suspensi) dengan aquades sebanyak 9 ml.
Perbandingan berat sampel dengan volume tabung pertama adalah 1 : 9. Setelah
sampel masuk lalu dilarutkan dengan dikocok.
3.
Diambil 1 ml dari tabung 10-1
dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke tabung 10-2 secara aseptis
kemudian dikocok dengan membenturkan tabung ke telapak tangan sampai homogen.
Pemindahan dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir dengan cara yang sama
sampai ke tabung 10-3. Pipet
ukur yang digunakan harus selalu diganti, artinya setiap tingkat pengenceran
digunakan pipet ukur steril yang berbeda/baru.
4.
Suspensikan bahan yang mengandung bakteri atau
campur bakteri seencer mungkin, maksutnya kelak supaya terjadi koloni-koloni
yang terpisah sehingga mudah diisolasi.
5.
Cairkan nutrien agar berupa NA
dalam penangas air.
6.
Dinginkan nutrien agar NA
tersebut sampai suhu 45 - 500C, Seterilkan tangan dengan alcohol.
7.
Petri dipanaskan pada
pinggirannya dengan cara diputar-putar diatas pembakaran bunshet.
8.
Ambil campuran bakteri 1 ml
masukkan campuran bakteri kedalam petri yang telah terisi asam asetat 2 tetes,
kemudian tutup dan seterilkan.
9.
Masukkan nutrien agar NA ke
petri dan tutup, kemudian seterilkan kembali, putar petri untuk menghomogenkan
suspense bakteri.
10. Gambar:
11.
Inkubasi selama 24 – 72 jam
lalu amati.
3.3.1 Isolasi jamur pada
pada tanah
1.
Sebelum melakukan percobaan di
dalam lamina, tangan disterilkan dengan menggunakan cairan alkohol dengan cara
disemprot kemudian diusapkan agar merata.
2.
Petri dipanaskan pada
pinggirannya dengan cara diputar – putar di atas pembakar bunshen.
3.
Mengambil hasil pengenceran
tanah 1 ml dengan menggunakan pipet, kemudian menuang ke dalam cawan petri
steril yang telah berisi asam asetat dua tetes.
4.
Menuang medium PDA dengan suhu
45 – 500C ke dalam cawan petri tersebut.
5.
Inokulum yang ada dalam petri
diinkubasi dalam inkubator dengan posisi cawan terbalik selama 2-4 hari.
6.
Diamati populasi jumlah jamur.
7.
Dituliskan hasilnya dalam tabel
pengamatan.
BAB.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
kelompok
|
Media
|
perlakuan
|
Hari ke
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1
|
KNO
|
Jamur
|
-
|
0
|
-
|
0
|
Bakteri
|
369
|
699
|
786
|
846
|
||
2
|
SNO
|
Jamur
|
-
|
150
|
-
|
210
|
Bakteri
|
1041
|
1603
|
1708
|
1809
|
||
3
|
BNO
|
Jamur
|
-
|
4
|
-
|
38
|
Bakteri
|
906
|
913
|
1018
|
1088
|
||
4
|
Tanah Pisang
|
Jamur
|
-
|
100
|
-
|
121
|
bakteri
|
505
|
540
|
585
|
700
|
4.2 Pembahasan
Tanah merupakan
salah satu tempat hidup dari mikroorganisme tanah (jamur dan bakteri). Bakteri
dan jamur merupakan patogen tumbuhan yang dapat dibiakkan pada banyak medium,
seperti medium padat, medium cari dari yang umum maupun yang selektif. Medium
untuk pembiakan jamur adalah medium PDA (Potato Dextrose Agar). PDA merupakan
suatu medium yang mengandung karbonhidrat dalam jumlah cukup yang terdiri dari
20% ekstrak kentang dan 20% glukosa. Sehingga PDA sangat baik untuk pertumbuhan
jamur atau kapang. Sedangkan pada bakteri medium untuk membiakkanya dengan
menggunakan medium NA (Nutrien Agar).
Pada percobaan
isolasi jamur yang digunakan adalah bahan dari pengenceran tanah SNO. Hasil pengenceran tanah SNO diambil
dengan pipet sebanyak 1ml dan dipindah ke cawan petri, kemdian menambahkan medium
PDA. Kemudian dari percobaan tersebut dapat diamati bahwa jamur yang tumbuh paling
banyak didapati pada tanah SNO hal ini karena pada media SNO terdapat campuran
sekam dimana dalam sekam terkandung unsure N yang disana dapat memacu tumbuhnya
jamur. Sehigga data yang didapatkan jumlah jamur untuk SNO lebih banak dibanding
dengan yang lain yaitu sebanyak 150 dan 210 pada hari ke 3 dan ke 4.tetapi pada
tanah pisang jumlah tumbuhnya jamur pada media agar PDA hanya berbeda selisih
sedikit dengan SNO. Sedangkan pada media KNO tidak ada jamur yang tumbuh hal
ini di karenakan pada media KNO tidak ada unsure yang mendukung pertumbuhan
atau timbulnya jamur. Untuk media BNO yang tumbuh pada hari ke dua adalah
berjumlah 4 dan 38 pada hari ke empat, karena media ini terdapat kandungan
kompos, sedangkan kompos merupakan bahan campuran media yang tidak steril
dimana terdapat mikroorganisme (jamur dan bakteri) yang tumbuh didalamnya
tetapi relative sedikit.
Isolasi bakteri
menggunakan bahan dari tanah SNO. Isolasi dilakukan pada cawan petri yang sudah
steril. Tanah SNO dibuat suspense dengan cara mengambil dan menimbang sebanyak
1 gram dan masukkan ke gelas reaksi yang dicampur dengan aquades. Bakteri yang
sudah tercampur dengan air kemudian diambil 1ml dan ditumbuhkan pada media NA.
Pada percobaan isolasi bakteri dapat diamati bahwa bentuk koloni bakteri bulat ada yang besar dan yang kecil. Koloni
bakteri dapat dihitung menggunakan alat yang dinamakan mortal alu dan warnanya
kuning keputihan. Dari data didapatkan bahwa tumbuhnya bakteri yang paling
banyak adalah pada tanah SNO yaitu 1041 sampai 1809, campuran sekam dimana
dalam sekam terkandung unsure N yang disana dapat memacu tumbuhnya bakteri dan
jamur. Sedangkan pada BNO menghasilkan bakteri yang berbeda tipis yaitu 906
sampai 1088, hal ini karena pada BNO terdapat campuran kompos yang juga
memungkinkan untuk pertumbuhan bakteri. Hasil bakteri yang dikembangkan dalam
media agar NA untuk tanah KNO dan tanah pisang hanya berjumlah sedikit,
dibandingkan dengan SNO dan BNO, untuk
KNO yaitu 369 sampai 846, sedangkan unuk tanah pisang 505 – 700, karena tanah
tersebut hanya terdapat sedikit unsur yang memacu timbulnya atau tumbuhnya
jamur.
Isolasi mikrobia dilakukan guna untuk
mendapatkan biakan murni yang setril dan yang kemudian hasilnya diteliti untuk
kepentingan di bidang pertanian. dalam kegiatan
isolasi mikrobia perlu dilakukanya sterilisasi yaitu bertujuan untuk
menghindari dari terkontaminasi oleh mikrobia – mikrobia yang tidak ingin
ditumbuhkan dalam media agar. Perkembangbiakan jamur dan bakteri akan
dipengaruhi oleh beberapa unsur nutrisi yang dibutuhkannya baik itu dalam
jumlah makro maupun mikro.
BAB.5
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mikrobia (jamur dan
bakteri) merupakan jasat renik yang tidak kasat mata. Jamur dan bakteri dapat
di tumbuhkan dalam berbagai medium yaitu dengan cara mengisolasi mikrobia.
Isolasi mikrobia bertujuan untuk mendapatkan biakan murni yang setril dan yang
kemudian hasilnya diteliti untuk kepentingan di bidang pertanian. Prinsip dari
isolasi bakteri adalah memisahkan suatu jenis mikrobia dengan mikrobia lainya
yang berasal dari jenis mikroba tercampur dengan menumbuhkan pada media padat
sehingga dapat diperoleh kultur murni.
DAFTAR
PUSTAKA
Jutono, S. 1973. Isolasi Bakteri dan Jamur. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Purwaningsih,
S. 2005. Isolasi, Enumerasi, dan Karakterisasi Bakteri Rhizobium dari Tanah
Kebun Biologi Wamena, Papua. Jurnal
Biodiversita 6(2) : 82-84.
Sastrahidayat. 1990. Isolasi Bakteri. Bandung : ITB
Shurtteff dan Aoyagi, A. 1979. Miktrobiologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Tarigan
dan Kuswandi. 2007. Efektivitas Asal
Isolat Bakteri Endofit Dan Kerapatan Pengenceran Dalam Mengendalikan Penyakit Busuk Batang (Sclerotium Rolfsii
Sacc) Pada Tanaman Kedelai. Jurnal.
Unus, S. 1999. Mikrobiologi.
Cetakan ketiga. Jakarta : Univesitas Terbuka.
Winarno, F. G. 1994. Sterilisasi Komersial Produk Pangan. Jakarta : Gramedia
mantap gan
BalasHapus