coursor

Hetalia: Axis Powers - Taiwan

Sabtu, 18 Mei 2013

LAPORAN PROTAN 1 KEDELAI



BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam berupa lahan yang relatif cukup luas dan subur. Dengan iklim, suhu dan kelembaban yang cocok untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman pangan pokok, maka hampir seluruh tanaman pangan pokok tersebut (biji-bijian, umbi-umbian dan kacang-kacangan asli Indonesia) dapat tumbuh dengan relatif baik. Salah satu jenis tanaman pangan yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah tanaman kedelai (Glysine max (L) Merril).
Kedelai merupakan salah satu mata dagangan yang pasokannya di Indonesia semakin cenderung tidak dapat dipenuhi dari hasil produksi dalam negeri sendiri. Sekalipun dapat ditanam dengan cara yang paling sederhana sekalipun, produktivitas dan produksinya dalam negeri hampir tidak mungkin dapat memenuhi permintaan yang semakin meningkat. Secara teknis upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman kedelai sudah tentu harus mengubah pola tanam yang belum intensif menjadi pola tanam intensif. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara lebih memantapkan penataan yang meliputi perbaikan serta penyempurnaan dalam penerapan teknologi pada setiap siklus produksi, yang dimulai dari proses persiapan dan pembuatan serta penyediaan pembenihan kedelai yang unggul, persiapan lahan, waktu penanaman dan penerapan teknologi penanaman, serta pemeliharaan tanaman.
Dalam pertanian, serangan hama dan penyakit pada pertanaman merupakan salah satu penghambat tercapainya potensi produksi dari suatu jenis tanaman. Pengendalian hama dan penyakit yang tepat akan sangat berpengaruh pada hasil akhir atau produksi pertanaman. Untuk dapat melakukan pengendalian yang tepat, pelaku pertanian (petani) perlu memiliki pengetahuan yang lengkap atas segala segi pertanamannya, mulai dari asal benih, sejarah pemanfaatan lahan, hingga pascapanen. Pemupukan juga perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman kedelai, untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Pemupukan yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik dan produksi yang lebih banyak.
Budidaya kedelai juga harus memperhatikan beberapa faktor umum, seperti faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal menyangkut sifat genetis yang terkandung pada tanaman yang akan dibudidayakan. Faktor genetis pada tanaman yaitu keunggulan - keunggulan tertentu yang dimiliki oleh tanaman itu sendiri, seperti genetis yang mendukung jumlah produksi tanaman, mendukung tanaman agar toleran terhadap faktor biotik dan abiotik yang kurang menguntungkan, atau mendukung hal - hal lain. Sedangkan faktor eksternal mencakup keadaan lingkungan di sekitar tempat tanaman tumbuh, baik itu lingkungan biotik yang biasanya dikaitkan dengan organisme - organisme lainnya yang berasosiasi dengan tanaman, baik itu asosiasi yang bersifat mutualisme maupun parasistisme. Lingkungan lainnya yaitu abiotik, seperti keadaan cuaca atau iklim, intensitas cahaya, curah hujan, pH tanah, keadaan keharaan tanah dan lain sebagainya. Menurunnya produksi kedelai disebabkan oleh banyak hal salah satunya tehnik budidaya tanaman yang tidak sesuai, pemilihan benih yang tidak memiliki karakter yang baik, pemeliharaan, pemupukan yang tidak tepat, sehingga dapat menyebabkan tanaman mengalami hambatan dalam pertumbuhannya dan perkembangannya, oleh karena itu praktikum teknik produksi tanaman kedelai perlu diadakan guna untuk meningkatkan produksi tanaman tersebut.

1.2  Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman kedelai.
2.      Untuk mengetahui tehnik budidaya tanaman kedelai yang baik sesuai dengan kondisi tanah.








BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kedelai (Glysine max (L) Merril) merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 MS. Kedelai jenis liar Glycine unuriencis merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glysine max (L) Merril) yang berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara) ( Suhartono, dkk, 2008 ).
Kedelai dianggap sebagai salah satu tanaman pangan dan industri yang penting di tingkat internasional, karena mengandung sekitar 30% minyak bebas kolesterol, dan sekitar 40% dari protein yang sama dalam nilai bergizi kepada protein hewani. Kedelai telah diketahui dari sekitar 7 ribu tahun, budidaya dimulai di Cina dan menyebar ke Timur Selatan Asia dan mencapai Eropa di akhir abad delapan belas, budidaya bertemu menyebar sangat luas ( Agroudy, dkk., 2011 ).
Menurut Diao et al (2003), menyatakan bahawa pertanian jelas gagal menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di banyak bagian Afrika. Banyak sarjana telah dikaitkan ini untuk kegagalan dalam menghubungkan pertumbuhan pertanian dengan pasar peluang untuk menjamin insentif dan pertumbuhan pendapatan yang penting bagi kemiskinan yang berkelanjutan dan kelaparan pengurangan Afrika. investasi di non-tradisional tanaman memberikan pilihan menguntungkan untuk membawa tentang substitusi impor berkelanjutan (di net mengimpor negara) atau untuk meningkatkan pendapatan ekspor ( Chianu, dkk., 2009 ).
Menurut Karuga dan Gachanja (2004), menyatakan bahwa pemasaran kedelai (Glycine Max) yang dipromosi di Nigeria dan Zimbabwe mengkonfirmasi temuan ini. Namun, upaya yang paling terakhir yang bertujuan mempromosikan kedelai dalam sistem pertanian Kenya menyebabkan hasil tidak signifikan. Produksi dalam negeri masih berdiri di sekitar 5.000 ton per tahun ( Chianu, dkk., 2009 ).
Independen program bangkit kedelai ditempuh melalui 2 sub program yaitu sub program peningkatan mutu intensifikasi melalui tiga rancangan bangun ( pengembangan pusat pertumbuhan, pengembangan usaha, dan pengembangan kemitraan ), dan sub program pengembangan kedelai pada lahan kering dan peningkatan intensitas pertanaman seluas 500. 000 hektar selama 5 tahun. Program ini penting karena sangat mempengaruhi pertumbuhan da produksi tanaman ( Suhartono, dkk, 2008 ).
Menurut Roja (2006), menyatakan bahwa produksi kedelai nasional pernah mencapai puncaknya tahun 1992, sebanyak 1.869.713 ton dengan luas panen 1.665.706 hektar. Setelah itu produksi dan luas panennya terus menurun hingga 677.531 ton dari 530.249 hektar pada tahun 2003. Dengan demikian 11 tahun produksi kedelai merosot 63,76 persen dan luas panen berkurang 68,16 persen ( Suhartono, dkk, 2008 ).
Pertumbuhan hasil kedelai tergantung pada tiga aspek. Yang pertama adalah untuk memperbesar area penanaman, Yang kedua adalah untuk meningkatkan masukan dari faktor materi, dan yang ketiga adalah untuk meningkatkan produktivitas secara bertahap. Disebabkan oleh keterbatasan areal tanam dan masukan dari faktor materi, kita tidak bisa hanya bergantung pada peningkatan materi faktor, terutama di bawah latar belakang bahwa daerah tanam menurun dan produksi pertanian struktur menyesuaikan. Oleh karena itu, meningkatkan produktivitas memiliki efek penting pada pertumbuhan hasil kedelai ( Liu, Mingming, 2010 )
Menyelidiki karakteristik faktor produktivitas total kedelai Cina dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan produksi kedelai, hal ini membantu kita untuk secara jelas mendefinisikan apa pertumbuhan mode dan kebijakan kemajuan teknis ( Liu, Mingming, 2010 ).
Menurut Anonymous (2005) menyatakan bahwa upaya meningkatkan produksi kedelai nasional dapat ditempuh dengan tiga cara; (1) peningkatan produktivitas; (2) peningkatan intensitas tanam dan (3) perluasan areal tanam. Upaya peningkatan produktivitas tersebut dapat ditempuh melalui perbaikan varietas, perbaikan teknik budidaya dan menekan kehilangan hasil melalui perbaikan sistem panen dan pasca panen. Pada kondisi luas lahan pertanian yang mulai terbatas maka perbaikan teknik budidaya kedelai dapat menjadi pilihan untuk meningkatkan produksi kedelai. ( Priambodo, A., 2009 )
Pemupukan dengan menggunakan pupuk organik cair dapat digunakan untuk meningkatkan produksi kedelai. Kelebihan pupuk organik cair ialah biaya yang dikeluarkan lebih kecil bila dibandingkan dengan menggunakan pupuk biasa ( Priambodo, A., 2009 ).
Tanaman kedelai sangat cocok ditanam di lahan terbuka, yang terdapat didaerah berhawa panas. Di Indonesia tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah dengah ketinggian 1.200 m dpl. Suhu optimal bagi pertumbuhan tanaman kedelai ialah antara 250C – 300C. curah hujan berkisar antara 150  - 200 mm/bulan, dengan lama penyinaran matahari 12 jam/hari dan kelembaban rata – rata 65% ( Pitojo, S., 2003 ).
Upaya meningkatkan produksi kedelai nasional dapat ditempuh dengan tiga pendekatan yaitu peningkatan produktivitas, 2) peningkatan intensitas tanam dan perluasan areal tanam. Upaya peningkatan produktivitas dapat ditempuh melalui perbaikan varietas, perbaikan teknik budidaya dan menekan kehilangan hasil melalui perbaikan sistem panen dan pasca panen. Peningkatan intensitas tanam dengan menanam kedelai berturut-turut ditengarai kurang baik karena ada efek alelopati terhadap tanaman kedelai yang kedua ( Rukmana, R., dkk, 1996 ).
Upaya peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan perbaikan kondisi lahan dengan ameliorasi, pemupukan berimbang dan terpadu, penggunaan varietas unggul dan perbaikan tata air. Alternatif teknologi ameliorasi dan pemupukan telah tersedia namun perlu disesuaikan dengan kondisi lahan setempat mengingat adanya variasi potensi kesesuaian lahannya ( Pitojo, S., 2003 ).
Potensi pengembangan tanaman kedelai diarahkan ke lahan lahan yang sesuai untuk tanaman ini seperti lahan sawah, tegalan dan lahan alang-alang. Lahan perkebunan dan kebun campuran tidak menjadi target pengembangan karena tidak memungkinkan untuk dikonversi. Berdasarkan kelas kesesuaian, masing-masing lahan digolongkan lahan berpotensi tinggi, sedang dan rendah ( Rukmana, R., dkk, 1996 ).
Pada lahan sawah, pupuk N untuk tanaman kedelai pada tegalan, baik yang berpotensi tinggi, sedang maupun rendah diperlukan 25 kg urea/ha sebagai starter pertumbuhan. Kebutuhan N tanaman bisa dipenuhi dari hasil fiksasi N dari udara oleh bakteri Rhizobium. Produk inokulum yang baik adalah inokulum yang juga mengandung bakteri pelarut fosfat, kalium dan hormon pertumbuhan, selain bakteri pengikat N udara. Pemakaian inokulum yang baik dapat menekan 100% kebutuhan N dan 50% kebutuhan pupuk P dan K ( Lingga dan Marsono, 2008 ).
Lahan sawah dibedakan menjadi lahan sawah berpotensi tinggi, sedang dan rendah. Lahan sawah yang berpotensi tinggi adalah lahan yang memiliki kelas kesesuaian lahan S1 untuk kedelai. Lahan ini tergolong tidak memiliki kendala berarti untuk budidaya kedelai. Sawah yang berpotensi sedang adalah lahan sawah yang memiliki kelas kesesuaian lahan S2 untuk kedelai. Sedangkan sawah berpotensi rendah adalah lahan yang mempunyai kelas kesesuaian S3 ( Fachruddin, 2000 )
Pupuk N praktis tidak diperlukan pada lahan sawah berpotensi tinggi, sedangkan pada sawah berpotensi sedang dan rendah diperlukan 25 kg urea/ha sebagai pertumbuhan. Kebutuhan N tanaman bisa dipenuhi dari hasil fiksasi N dari udara oleh bakteri Rhizobium. Untuk meyakinkan proses tersebut terjadi dengan baik, diperlukan inokulasi Rhizobium dengan dosis 200 g untuk 40 kg benih. Produk inokulum yang baik adalah inokulum yang juga mengandung bakteri pelarut fosfat, kalium dan hormon pertumbuhan, selain bakteri pengikat N udara. Pemakaian inokulum yang baik dapat menekan 100% kebutuhan N dan 50% kebutuhan pupuk P dan K ( Hanum, C, 2009 )











BAB 3. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
            Kegiatan praktikum Teknik Produksi Tanaman Kedelai (Glysine max (L) Merril) dan Kedelai dilakukan di laboratoriun Fakultas Pertanian Universitas Jember pada hari Senin, tanggal 08 Oktober 2012 pukul 13.45 WIB – selesai.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Cangkul
2. Tugal
3. Roll metter
4. Tali raffia
5. Papan nama
6. Ayakan
7. Timba
3.2.2 Bahan
1. Benih jagung
2. Benih Kedelai
3. Tanah
4. Pupuk ( Urea,SP-36,KCl)
5. Polibag 40x60
6. Tanah kering angin

3.3 Cara Kerja
1.      Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2.      Menyiapkan media tanam dengan cara mengayak tanah, dan menjemur sampai kering angin.
3.      Mengambil sampel tanah kemudan dianalisis dengan sidik cepat untuk mengetahui kondisi tanah yang meliputi pH, C-Organk, dan sifat fisik tanah.
4.      Memasukan tanah sebanyak 10 kg kedalam polybag, untuk perlakuan dengan penambahan BO berat tanah yang disesuaikan, kemudian menyiram dengan air.
5.      Menanam Benih Jagung dan Kedlai pada masing-masing perlakuan, satu lubang diisi 2 benih.
6.      Memupuk SP-36 dan KCl serta menambahkan BO sesuai dengan dosis anjuran dari analisis sidik cepat sedangkan untuk pupuk urea sesuai dengan perlakuan.
7.      Melakukan pengamatan secara rutin.






















BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Perlakuan
(kel)
Minggu ke
Rerata tinggi tan.
Rerata
∑ daun
Rerata jarak antar ruas
Rerata panjang akar
Rerata
∑ akar
Rerata
∑ bintil akar
1
(1 dan 4)
1
3. 6
3
1.1
27. 6
6. 6
9.5
2
8.4
3.3
3
3
11.7
4. 9
6. 8
4
10.7
9.1
8. 6
5
12. 8
8. 6
10.1
2
(2 dan 5)
1
7. 8
2
1.4
20.3
10. 8
16. 6
2
7. 64
4.5
4
3
9.03
8. 8
4. 8
4
10. 9
11.25
8.5
5
12.35
13.3
8.7
3
(3 dan 6)
1
3
1.5
0. 85
17.5
11
5
2
7.21
6
4.4
3
7.45
7. 8
7. 65
4
10.35
13
2.37
5
12.26
15
2.2

4.2 Pembahasan
Ketergantungan Indonesia terhadap impor cenderung terus meningkat. Menurut Syafaat et al (2005) menyatakan dalam kurun waktu 1999-2004 msalnya, rasio ketergantungan impor (RKI), atau proporsi impor dari total kedelai yang tersedia di Indonesia, meningkat dari 48,49 menjadi 62.29 (Budhi dan Amiah, 2010). Peningkatan produk impor ini terjadi karena tingginya laju konsumsi dan juga disebabkan oleh lambatnya laju produksi. Hal ini didukung dari pernyataan Bidhi dan Amiah (2010) yaitu produksi komoditas kedelai diindonesia cenderung terus menurun dalam periode ang cukup panjang. Pada tahun 2004 produksi kedelai Indonesia adalah 723 ribu ton, sedangkan tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 593 ribu ton. Menurunnya hasil produksi tanaman kedelai dipengaruhi oleh beberapa kendala diantaranya yaitu harga yang kurang menarik dan keuntungan yang dapat diperoleh dari usaha tani kurang memadai. Oleh karena itu dalam melakukan usaha tani kedelai petani cenderung menghemat pengeluaran dengan penggunaan input yang minimal, produktifitas tanaman tidak dapat tidak mencapai tingkat optimum. Dan faktor lain yang mempengaruhi adalah citra yang buruk dari kedelai local di mata pengolah kedelai khususnya karena kandungan air yang masih terlalu tinggi, hama dan penyekit tanaman kedelai yang lebih banyak, kurangnya benih bermutu, dan keadaan iklim yang sulit diprediksi.
Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal.
1. Akar
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi.
2. Batang dan cabang
Hipokotil pada proses perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari pangkal akar sampai kotiledon. Hopikotil dan dua keeping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil. Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate.
3. Daun
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa pertumbuhan. Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji.
4. Bunga
Tanaman kacang-kacangan, termasuk tanaman kedelai, mempunyai dua stadia tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari tanaman berkecambah sampai saat berbunga, sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga sampai pemasakan biji. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2-25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi.
5. Polong dan biji
Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti.
6. Bintil akar
Tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen (N2) di atmosfer melalui aktivitas bekteri pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi nama nodul atau bintil akar. Keberadaan Rhizobium japonicum di dalam tanah memang sudah ada karena tanah tersebut ditanami kedelai atau memang sengaja ditambahkan ke dalam tanah. Nodul atau bintil akar tanaman kedelai umumnya dapat mengikat nitrogen dari udara pada umur 10 – 12 hari setelah tanam, tergantung kondisi lingkungan tanah dan suhu.
Cara Budidaya Kedelai disini adalah serangkaian kegiatan pertanian untuk menghasilkan kedelai yang bermitu tinggi dan produktifitasnya tinggi. Cara Budidaya Kedelai membahas tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilakukan menanam kedelai. Adapun tahapan-tahapan Cara Budidaya Kedelai adalah sebagai berikut:
1. Memilih lahan yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya kedelai.
Kedelai dapat tumbuh dengan baik pada  berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik, curah hujan 100-400 mm/bulan, suhu udara 230C – 300C, kelembaban 60% – 70%, pH tanah 5,8 – 7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl.
2. Pengolahan tanah
Tanah dibajak, kemudian digaru sampai rata betul, sisa-sisa gulna yang nasih ada, dibenamkan kedalam tanah, buat saluran air dengan jarak antara saluran air yang satu dengan yang lainnya sekitar 3 – 4 meter, tanah dikeringkan selama tida minggu sebelum ditanamai.
3. Cara penanaman kedelai
Merendam benih selama 0,5 jam dan dicampur Legin (Rhizobium ) untuk tanah yang belum pernah ditanami kedelai. Kemudian membuat jarak tanam antar tugalan berukuran 30 x 20 cm, 25 x 25 cm atau 20 x 20 cm, buat lubang tugal sedalam 5 cm dan masukkan biji 2-3 per lubang, tutup benih dengan tanah gembur dan tanpa dipadatkan. Waktu tanam yang baik akhir musim hujan. Benih yang tidak tumbuh diganti atau disulam dengan benih baru yang akan lebih baik jika dicampur Legin. Penyulaman sebaiknya sore hari.
4. Perawatan tanaman kedelai
a. Penyiangan tanaman kedelai
Penyiangan pertama umur 2-3 minggu, ke-2 pada saat tanaman selesai berbunga (sekitar 6 minggu setelah tanam). Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2.
b. Pembumbunan
Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.
c. Pemupukan tanaman kedelai
d. Pengairan dan penyiraman
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering.
e. Pengendalian hama dan penyakit tanaman kedelai
5. Panen dan Pasca Panen Kedelai
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Pemanenan  kedelai sebagai bahan konsumsi dilakukan pada usia 75 – 100 hari, sedangkan untuk benih umur 100 – 110 hari, agar kemasakan biji betul-betul sempurna dan merata.
Menurut Soepardi (1983) menyaakan bahwa keuntungan dari bintil akar atau rhizobium yaitu dari sebagian N yang ditambat tetap berada dalam akar dan bintil akar yang terlepas ke dalam tanah, nitrogen tersebut akan dimanfaatkan jasad lain dan berakhir dalam bentuk ammonium dan nitrat. Apabila jasad tersebut mati maka akan terjadi pelapukan, amonifikasi dan nitrifikasi, sehingga sebagian dari N yang ditambat dari udara menjadi tersedia bagi tumbuhan itu sendiri dan tumbuhan lain di sekitarnya (Purwaningsih, 2005). Dari pernyataan ini maka membuktikan bahwa tanaman kedelai mampu memenuhi kebutuhan N dalam masa pertumbuhannya dan perkembangannya karena kebutuhan N tanaman bisa dipenuhi dari hasil fiksasi N dari udara oleh bakteri Rhizobium sehingga kebutuhan akan pupuk N hanya sedikit.
Tanaman kedelai dalam praktikum banyak tanaman yang mati hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor iklim yang tidak menentu, perawatan yang kurang tepat seperti penyiraman pada siang hari, bahka tidak disiram. Perubahan iklim dari panas ke musim penghujan, dimana bahwa kedelai tidak terlalu banyak membutuhkan air sehingga ketika hujan dan air menggenang maka menyebabkan tanaman akan busuk dan mati.
Dari data yang dihasilkan terlihat bahwa pada perlakuan 2 menunjukkan hasil yang lebih bagus dibandingkan dengan yang lainnya diantaranya rerata tinggi tanaman mencapai 12,35 cm, jumlah daun 13,3, jara antar ruas 8.7 cm, panjang akar 20,3 cm, jumlah akar 10, 8, dan jumlah bintil akar 16. 6. Hal ini dikarenakan perlakuan pengolahan media tanam yang berbeda pada perlakuan 2 ini hanya menggunakan pupuk urea paling sedikit dibandingkan dengan perlakuan 1 dan 3 yaitu haya 10 kg/ha dan untuk perlakuan 1 dan 3 yaitu 50 kg/ha dan 100 kg/ha. Pemberian pupuk urea yang sedikit akan mendukung banyaknya jumlah bintil akar pada akar kedelai karena rhizobium akan efektif melakukan tugasnya jika unsure N dalam tanah tersedia sedikit jika dalam tanah tersedia N yang cukup maka Rhizobium tidak dapat bekerja efektif. Semakin banyak Rhizobium dalam akar maka pertumbuhan kedelai semakin baik dan perakaran semakin banyak sehingga dapat meningkatkan produktifitas tanaman kedelai. Hal ini juga dapat dilihat dari grafik dibawah ini bahwa pertumbuhan tanaman yang optimal ditandai dengan banyaknya jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah akar serta jumlah bintil akar. Akan tetapi dari praktikum yang telah dilakukan selain pengaruh perbedaan pemberian pupuk keoptimalan pertumbuhan tanaman kedelai juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti iklim yang tidak menentu.
Grafik 1: Rerata tinggi tanaman

Grafik 2: Rerata jumlah daun
Grafik 3: jarak antar ruas

Grafik 4: pengamatan terakhir





BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.      Banyaknya jumlah akar pada tanaman kedelai dipengaruhi oleh ketersedian unsure hara N dalam tanah, semakin sedikit N maka rhizobium akan semakin lebih efektif dalam menambat N udara dalm tanah.
2.      Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal.
3.      Indonesia tergantung pada impor kedelai hal ini dipengaruhi oleh menurunya produksi tanaman kedelai di Indonesia.

5.2 Saran
Dalam menanam atau berbudidaya kedelai harus lebih memperhatikan perawatan seperti penyiraman, pemupukan, penyiangan dan lain – lain agar produksi lebih optimal.















DAFTAR PUSTAKA
Agroudy, dkk. 2011. An economic study of the production of soybean in Egypt. Agriculture And Biology (2): 221-225.

Budhi dan Amiah. 2010. Swasembada Kedelai Antara Harapan Dan Kenyataan. Agro Ekonomi 28(1) : 55 – 68.

Chianu, dkk. 2009. Promoting a Versatile but yet Minor Crop Soybean in the Farming Systems of Kenya. Sustainable Development in Africa 10(4) : 324 – 344.

Fachruddin. 2000. Budidaya Kacang Kacangan. Kanisius. Yogyakarta.
Hanum, C. 2009. Ekologi Tanaman. USU prees. Jakarta.
Lingga dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Liu, Mingming. 2010. An Analysis on Total Factor Productivity and Influencing Factors of Soybean in China. Agricultural Science 2(2) : 158 – 163.

Pitojo, S. 2003. Seri Penangkaran Benih kedelai. Kanisius. Yogyakarta.

Priambodo, A. 2009. Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair. AgroBiogen 2(2):81-88.

Purwaningsih. 2005. Seleksi Biak Rhizobium dari Wonogiri, Jawa Tengah terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L.) pada Media Pasir Steril di Rumah Kaca. Biodiversitas 6(3) : 168-171

Rukmana, R., dkk. 1996. Kedelai Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.

Suhartono, dkk. 2008. Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glysine max (L) Merril) Pada Berbagai Jenis Tanah. Embryo 5(1) : 98 – 112.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar