BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia
adalah salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam berupa lahan yang
relatif cukup luas dan subur. Dengan iklim, suhu dan kelembaban yang cocok
untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman pangan pokok, maka hampir seluruh tanaman
pangan pokok tersebut (biji-bijian, umbi-umbian dan kacang-kacangan asli
Indonesia) dapat tumbuh dengan relatif baik. Salah satu jenis tanaman pangan
yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah tanaman
kedelai (Glysine max (L) Merril).
Kedelai
merupakan salah satu mata dagangan yang pasokannya di Indonesia semakin
cenderung tidak dapat dipenuhi dari hasil produksi dalam negeri sendiri.
Sekalipun dapat ditanam dengan cara yang paling sederhana sekalipun,
produktivitas dan produksinya dalam negeri hampir tidak mungkin dapat memenuhi
permintaan yang semakin meningkat. Secara teknis upaya peningkatan produksi dan
produktivitas tanaman kedelai sudah tentu harus mengubah pola tanam yang belum
intensif menjadi pola tanam intensif. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara
lebih memantapkan penataan yang meliputi perbaikan serta penyempurnaan dalam
penerapan teknologi pada setiap siklus produksi, yang dimulai dari proses persiapan dan pembuatan serta
penyediaan pembenihan kedelai yang unggul, persiapan lahan, waktu penanaman dan
penerapan teknologi penanaman, serta pemeliharaan tanaman.
Dalam pertanian,
serangan hama dan penyakit pada pertanaman merupakan salah satu penghambat
tercapainya potensi produksi dari suatu jenis tanaman. Pengendalian hama dan
penyakit yang tepat akan sangat berpengaruh pada hasil akhir atau produksi
pertanaman. Untuk dapat melakukan pengendalian yang tepat, pelaku pertanian
(petani) perlu memiliki pengetahuan yang lengkap atas segala segi
pertanamannya, mulai dari asal benih, sejarah pemanfaatan lahan, hingga
pascapanen. Pemupukan juga perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman kedelai,
untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Pemupukan yang optimal akan
menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik dan produksi yang lebih banyak.
Budidaya
kedelai juga harus memperhatikan beberapa faktor umum, seperti faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal menyangkut sifat genetis yang terkandung
pada tanaman yang akan dibudidayakan. Faktor genetis pada tanaman yaitu
keunggulan - keunggulan tertentu yang dimiliki oleh tanaman itu sendiri,
seperti genetis yang mendukung jumlah produksi tanaman, mendukung tanaman agar
toleran terhadap faktor biotik dan abiotik yang kurang menguntungkan, atau
mendukung hal - hal lain. Sedangkan faktor eksternal mencakup keadaan
lingkungan di sekitar tempat tanaman tumbuh, baik itu lingkungan biotik yang
biasanya dikaitkan dengan organisme - organisme lainnya yang berasosiasi dengan
tanaman, baik itu asosiasi yang bersifat mutualisme maupun parasistisme.
Lingkungan lainnya yaitu abiotik, seperti keadaan cuaca atau iklim, intensitas
cahaya, curah hujan, pH tanah, keadaan keharaan tanah dan lain sebagainya.
Menurunnya produksi kedelai disebabkan oleh banyak hal salah satunya tehnik
budidaya tanaman yang tidak sesuai, pemilihan benih yang tidak memiliki
karakter yang baik, pemeliharaan, pemupukan yang tidak tepat, sehingga dapat
menyebabkan tanaman mengalami hambatan dalam pertumbuhannya dan
perkembangannya, oleh karena itu praktikum teknik produksi tanaman kedelai
perlu diadakan guna untuk meningkatkan produksi tanaman tersebut.
1.2
Tujuan
1. Untuk
mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman kedelai.
2. Untuk
mengetahui tehnik budidaya tanaman kedelai yang baik sesuai dengan kondisi
tanah.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman
kedelai (Glysine max (L) Merril) merupakan tanaman pangan berupa semak
yang tumbuh tegak dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 MS. Kedelai
jenis liar Glycine unuriencis merupakan kedelai yang menurunkan berbagai
kedelai yang kita kenal sekarang (Glysine max (L) Merril) yang berasal
dari daerah Manshukuo (Cina Utara) ( Suhartono, dkk, 2008 ).
Kedelai dianggap sebagai salah satu tanaman pangan dan
industri yang penting di tingkat internasional, karena mengandung sekitar 30%
minyak bebas kolesterol, dan sekitar 40% dari protein yang sama dalam nilai
bergizi kepada protein hewani. Kedelai telah diketahui dari sekitar 7 ribu tahun, budidaya dimulai di Cina
dan menyebar ke Timur Selatan Asia dan mencapai Eropa di akhir abad delapan
belas, budidaya bertemu menyebar sangat luas
( Agroudy, dkk., 2011 ).
Menurut
Diao et al (2003), menyatakan bahawa pertanian jelas gagal menjadi mesin pertumbuhan ekonomi
dan pembangunan di
banyak bagian Afrika. Banyak
sarjana telah dikaitkan ini untuk kegagalan dalam menghubungkan pertumbuhan
pertanian dengan pasar peluang
untuk menjamin insentif dan pertumbuhan pendapatan yang penting bagi kemiskinan
yang berkelanjutan dan kelaparan
pengurangan Afrika. investasi di non-tradisional tanaman memberikan pilihan menguntungkan untuk membawa
tentang substitusi impor berkelanjutan (di net mengimpor
negara) atau untuk meningkatkan pendapatan ekspor (
Chianu, dkk., 2009 ).
Menurut
Karuga dan Gachanja (2004), menyatakan bahwa pemasaran kedelai (Glycine Max) yang dipromosi di Nigeria dan Zimbabwe mengkonfirmasi temuan
ini. Namun, upaya yang paling terakhir yang bertujuan
mempromosikan kedelai dalam sistem pertanian Kenya
menyebabkan hasil tidak signifikan. Produksi dalam negeri
masih berdiri di sekitar 5.000 ton per tahun (
Chianu, dkk., 2009 ).
Independen
program bangkit kedelai ditempuh melalui 2 sub program yaitu sub program
peningkatan mutu intensifikasi melalui tiga rancangan bangun ( pengembangan
pusat pertumbuhan, pengembangan usaha, dan pengembangan kemitraan ), dan sub
program pengembangan kedelai pada lahan kering dan peningkatan intensitas
pertanaman seluas 500. 000 hektar selama 5 tahun. Program ini penting karena
sangat mempengaruhi pertumbuhan da produksi tanaman ( Suhartono, dkk, 2008 ).
Menurut
Roja (2006), menyatakan bahwa produksi kedelai nasional pernah mencapai
puncaknya tahun 1992, sebanyak 1.869.713 ton dengan luas panen 1.665.706
hektar. Setelah itu produksi dan luas panennya terus menurun hingga 677.531 ton
dari 530.249 hektar pada tahun 2003. Dengan demikian 11 tahun produksi kedelai
merosot 63,76 persen dan luas panen berkurang 68,16 persen ( Suhartono, dkk,
2008 ).
Pertumbuhan hasil kedelai tergantung pada tiga aspek. Yang
pertama adalah untuk memperbesar
area penanaman, Yang
kedua adalah untuk meningkatkan masukan dari faktor materi, dan yang ketiga
adalah untuk meningkatkan produktivitas secara bertahap. Disebabkan oleh keterbatasan areal tanam dan masukan dari faktor materi,
kita tidak bisa hanya bergantung pada peningkatan materi faktor, terutama di bawah latar belakang bahwa
daerah tanam menurun dan produksi pertanian struktur menyesuaikan. Oleh karena itu, meningkatkan produktivitas memiliki efek
penting pada pertumbuhan
hasil kedelai ( Liu, Mingming, 2010 )
Menyelidiki karakteristik faktor produktivitas total
kedelai Cina dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dapat memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan produksi kedelai, hal ini membantu kita untuk secara jelas
mendefinisikan apa pertumbuhan mode dan kebijakan kemajuan teknis
( Liu, Mingming, 2010 ).
Menurut Anonymous (2005) menyatakan
bahwa upaya meningkatkan produksi kedelai nasional dapat ditempuh dengan tiga
cara; (1) peningkatan produktivitas; (2) peningkatan intensitas tanam dan (3)
perluasan areal tanam. Upaya peningkatan produktivitas tersebut dapat ditempuh
melalui perbaikan varietas, perbaikan teknik budidaya dan menekan kehilangan
hasil melalui perbaikan sistem panen dan pasca panen. Pada kondisi luas lahan
pertanian yang mulai terbatas maka perbaikan teknik budidaya kedelai dapat
menjadi pilihan untuk meningkatkan produksi kedelai. ( Priambodo, A., 2009 )
Pemupukan dengan menggunakan pupuk
organik cair dapat digunakan untuk meningkatkan produksi kedelai. Kelebihan
pupuk organik cair ialah biaya yang dikeluarkan lebih kecil bila dibandingkan
dengan menggunakan pupuk biasa ( Priambodo, A., 2009 ).
Tanaman
kedelai sangat cocok ditanam di lahan terbuka, yang terdapat didaerah berhawa
panas. Di Indonesia tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran
rendah sampai daerah dengah ketinggian 1.200 m dpl. Suhu optimal bagi
pertumbuhan tanaman kedelai ialah antara 250C – 300C.
curah hujan berkisar antara 150 - 200
mm/bulan, dengan lama penyinaran matahari 12 jam/hari dan kelembaban rata –
rata 65% ( Pitojo, S., 2003 ).
Upaya meningkatkan produksi kedelai
nasional dapat ditempuh dengan tiga pendekatan yaitu peningkatan produktivitas,
2) peningkatan intensitas tanam dan perluasan areal tanam. Upaya peningkatan
produktivitas dapat ditempuh melalui perbaikan varietas, perbaikan teknik
budidaya dan menekan kehilangan hasil melalui perbaikan sistem panen dan pasca
panen. Peningkatan intensitas tanam dengan menanam kedelai berturut-turut
ditengarai kurang baik karena ada efek alelopati terhadap tanaman kedelai yang
kedua ( Rukmana, R., dkk, 1996 ).
Upaya peningkatan produktivitas dapat
dilakukan dengan perbaikan kondisi lahan dengan ameliorasi, pemupukan berimbang
dan terpadu, penggunaan varietas unggul dan perbaikan tata air. Alternatif
teknologi ameliorasi dan pemupukan telah tersedia namun perlu disesuaikan
dengan kondisi lahan setempat mengingat adanya variasi potensi kesesuaian
lahannya ( Pitojo, S., 2003 ).
Potensi pengembangan tanaman kedelai
diarahkan ke lahan lahan yang sesuai untuk tanaman ini seperti lahan sawah,
tegalan dan lahan alang-alang. Lahan perkebunan dan kebun campuran tidak
menjadi target pengembangan karena tidak memungkinkan untuk dikonversi.
Berdasarkan kelas kesesuaian, masing-masing lahan digolongkan lahan berpotensi
tinggi, sedang dan rendah ( Rukmana, R., dkk, 1996 ).
Pada lahan sawah, pupuk N untuk tanaman
kedelai pada tegalan, baik yang berpotensi tinggi, sedang maupun rendah
diperlukan 25 kg urea/ha sebagai starter pertumbuhan. Kebutuhan N tanaman bisa
dipenuhi dari hasil fiksasi N dari udara oleh bakteri Rhizobium. Produk
inokulum yang baik adalah inokulum yang juga mengandung bakteri pelarut fosfat,
kalium dan hormon pertumbuhan, selain bakteri pengikat N udara. Pemakaian
inokulum yang baik dapat menekan 100% kebutuhan N dan 50% kebutuhan pupuk P dan
K ( Lingga dan Marsono, 2008 ).
Lahan sawah dibedakan menjadi lahan
sawah berpotensi tinggi, sedang dan rendah. Lahan sawah yang berpotensi tinggi
adalah lahan yang memiliki kelas kesesuaian lahan S1 untuk kedelai. Lahan ini
tergolong tidak memiliki kendala berarti untuk budidaya kedelai. Sawah yang
berpotensi sedang adalah lahan sawah yang memiliki kelas kesesuaian lahan S2
untuk kedelai. Sedangkan sawah berpotensi rendah adalah lahan yang mempunyai
kelas kesesuaian S3 ( Fachruddin, 2000 )
Pupuk N praktis tidak diperlukan pada
lahan sawah berpotensi tinggi, sedangkan pada sawah berpotensi sedang dan
rendah diperlukan 25 kg urea/ha sebagai pertumbuhan. Kebutuhan N tanaman bisa
dipenuhi dari hasil fiksasi N dari udara oleh bakteri Rhizobium. Untuk
meyakinkan proses tersebut terjadi dengan baik, diperlukan inokulasi Rhizobium
dengan dosis 200 g untuk 40 kg benih. Produk inokulum yang baik adalah inokulum
yang juga mengandung bakteri pelarut fosfat, kalium dan hormon pertumbuhan,
selain bakteri pengikat N udara. Pemakaian inokulum yang baik dapat menekan
100% kebutuhan N dan 50% kebutuhan pupuk P dan K ( Hanum, C, 2009 )
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum Teknik Produksi
Tanaman Kedelai (Glysine max (L) Merril) dan Kedelai dilakukan di laboratoriun Fakultas Pertanian
Universitas Jember pada hari Senin, tanggal 08 Oktober 2012 pukul 13.45 WIB –
selesai.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.
Cangkul
2.
Tugal
3.
Roll metter
4.
Tali raffia
5.
Papan nama
6.
Ayakan
7.
Timba
3.2.2 Bahan
1.
Benih jagung
2.
Benih Kedelai
3.
Tanah
4.
Pupuk ( Urea,SP-36,KCl)
5.
Polibag 40x60
6.
Tanah kering angin
3.3 Cara Kerja
1.
Menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan
2.
Menyiapkan
media tanam dengan cara mengayak tanah, dan menjemur sampai kering angin.
3.
Mengambil
sampel tanah kemudan dianalisis dengan sidik cepat untuk mengetahui kondisi
tanah yang meliputi pH, C-Organk, dan sifat fisik tanah.
4.
Memasukan
tanah sebanyak 10 kg kedalam polybag, untuk perlakuan dengan penambahan BO
berat tanah yang disesuaikan, kemudian menyiram dengan air.
5.
Menanam
Benih Jagung dan Kedlai pada masing-masing perlakuan, satu lubang diisi 2 benih.
6.
Memupuk
SP-36 dan KCl serta menambahkan BO sesuai dengan dosis anjuran dari analisis
sidik cepat sedangkan untuk pupuk urea sesuai dengan perlakuan.
7. Melakukan pengamatan secara rutin.
BAB 4. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Perlakuan
(kel)
|
Minggu ke
|
Rerata tinggi tan.
|
Rerata
∑ daun
|
Rerata jarak antar
ruas
|
Rerata panjang akar
|
Rerata
∑ akar
|
Rerata
∑ bintil akar
|
1
(1
dan 4)
|
1
|
3.
6
|
3
|
1.1
|
27.
6
|
6.
6
|
9.5
|
2
|
8.4
|
3.3
|
3
|
||||
3
|
11.7
|
4.
9
|
6.
8
|
||||
4
|
10.7
|
9.1
|
8.
6
|
||||
5
|
12.
8
|
8.
6
|
10.1
|
||||
2
(2
dan 5)
|
1
|
7.
8
|
2
|
1.4
|
20.3
|
10.
8
|
16.
6
|
2
|
7.
64
|
4.5
|
4
|
||||
3
|
9.03
|
8.
8
|
4.
8
|
||||
4
|
10.
9
|
11.25
|
8.5
|
||||
5
|
12.35
|
13.3
|
8.7
|
||||
3
(3
dan 6)
|
1
|
3
|
1.5
|
0.
85
|
17.5
|
11
|
5
|
2
|
7.21
|
6
|
4.4
|
||||
3
|
7.45
|
7.
8
|
7.
65
|
||||
4
|
10.35
|
13
|
2.37
|
||||
5
|
12.26
|
15
|
2.2
|
4.2 Pembahasan
Ketergantungan
Indonesia terhadap impor cenderung terus meningkat. Menurut Syafaat et al
(2005) menyatakan dalam kurun waktu 1999-2004 msalnya, rasio ketergantungan
impor (RKI), atau proporsi impor dari total kedelai yang tersedia di Indonesia,
meningkat dari 48,49 menjadi 62.29 (Budhi dan Amiah, 2010). Peningkatan produk
impor ini terjadi karena tingginya laju konsumsi dan juga disebabkan oleh
lambatnya laju produksi. Hal ini didukung dari pernyataan Bidhi dan Amiah
(2010) yaitu produksi komoditas kedelai diindonesia cenderung terus menurun
dalam periode ang cukup panjang. Pada tahun 2004 produksi kedelai Indonesia
adalah 723 ribu ton, sedangkan tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 593 ribu
ton. Menurunnya hasil produksi tanaman kedelai dipengaruhi oleh beberapa
kendala diantaranya yaitu harga yang kurang menarik dan keuntungan yang dapat
diperoleh dari usaha tani kurang memadai. Oleh karena itu dalam melakukan usaha
tani kedelai petani cenderung menghemat pengeluaran dengan penggunaan input yang
minimal, produktifitas tanaman tidak dapat tidak mencapai tingkat optimum. Dan
faktor lain yang mempengaruhi adalah citra yang buruk dari kedelai local di
mata pengolah kedelai khususnya karena kandungan air yang masih terlalu tinggi,
hama dan penyekit tanaman kedelai yang lebih banyak, kurangnya benih bermutu,
dan keadaan iklim yang sulit diprediksi.
Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak,
berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai
didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji
sehingga pertumbuhannya bisa optimal.
1. Akar
Akar kedelai mulai muncul dari belahan
kulit biji yang muncul di sekitar misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh
dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping
akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil.
Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar
sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali
membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya,
akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang
terlalu tinggi.
2. Batang dan cabang
Hipokotil pada proses perkecambahan
merupakan bagian batang, mulai dari pangkal akar sampai kotiledon. Hopikotil
dan dua keeping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil akan menerobos ke
permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada diatas kotiledon tersebut
dinamakan epikotil. Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu tipe determinate dan indeterminate.
3. Daun
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk
daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih
berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate
leaves) yang tumbuh selepas masa pertumbuhan. Umumnya, bentuk daun kedelai
ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi
yang sangat erat dengan potensi produksi biji.
4. Bunga
Tanaman kacang-kacangan, termasuk
tanaman kedelai, mempunyai dua stadia tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia
reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari tanaman berkecambah sampai saat
berbunga, sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga sampai
pemasakan biji. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang
diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam,
antara 2-25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai.
Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku
yang lebih tinggi.
5. Polong dan biji
Polong kedelai pertama kali terbentuk
sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar
1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat
beragam, antara 1-10 buah dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong
dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran
biji akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti.
6. Bintil akar
Tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen
(N2) di atmosfer melalui aktivitas bekteri pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium
japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi nama
nodul atau bintil akar. Keberadaan Rhizobium japonicum di dalam tanah
memang sudah ada karena tanah tersebut ditanami kedelai atau memang sengaja ditambahkan
ke dalam tanah. Nodul atau bintil akar tanaman kedelai umumnya dapat mengikat
nitrogen dari udara pada umur 10 – 12 hari setelah tanam, tergantung kondisi
lingkungan tanah dan suhu.
Cara
Budidaya Kedelai disini adalah serangkaian kegiatan pertanian untuk
menghasilkan kedelai yang bermitu tinggi dan produktifitasnya tinggi. Cara Budidaya Kedelai membahas
tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilakukan menanam kedelai. Adapun
tahapan-tahapan Cara Budidaya Kedelai adalah sebagai berikut:
1. Memilih lahan yang
sesuai dengan persyaratan tumbuhnya kedelai.
Kedelai dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis
tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik, curah
hujan 100-400 mm/bulan, suhu udara 230C – 300C, kelembaban 60% – 70%, pH tanah
5,8 – 7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl.
2. Pengolahan tanah
Tanah dibajak, kemudian digaru sampai rata betul, sisa-sisa
gulna yang nasih ada, dibenamkan kedalam tanah, buat saluran air dengan jarak
antara saluran air yang satu dengan yang lainnya sekitar 3 – 4 meter, tanah
dikeringkan selama tida minggu sebelum ditanamai.
3. Cara penanaman kedelai
Merendam benih selama 0,5 jam dan dicampur Legin (Rhizobium
) untuk tanah yang belum pernah ditanami kedelai. Kemudian membuat jarak tanam
antar tugalan berukuran 30 x 20 cm, 25 x 25 cm atau 20 x 20 cm, buat lubang
tugal sedalam 5 cm dan masukkan biji 2-3 per lubang, tutup benih dengan tanah
gembur dan tanpa dipadatkan. Waktu tanam yang baik akhir musim hujan. Benih
yang tidak tumbuh diganti atau disulam dengan benih baru yang akan lebih baik
jika dicampur Legin. Penyulaman sebaiknya sore hari.
4. Perawatan tanaman
kedelai
a. Penyiangan tanaman kedelai
Penyiangan pertama umur 2-3 minggu, ke-2 pada saat tanaman
selesai berbunga (sekitar 6 minggu setelah tanam). Penyiangan ke-2 ini
dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2.
b.
Pembumbunan
Pembubunan
dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran
tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.
c. Pemupukan tanaman kedelai
c. Pemupukan tanaman kedelai
d. Pengairan dan penyiraman
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak
becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian
polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering.
e. Pengendalian
hama dan penyakit tanaman kedelai
5. Panen dan Pasca Panen
Kedelai
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah
menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah
mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau
polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul.
Pemanenan kedelai sebagai bahan konsumsi dilakukan pada usia 75 – 100
hari, sedangkan untuk benih umur 100 – 110 hari, agar kemasakan biji betul-betul
sempurna dan merata.
Menurut Soepardi
(1983) menyaakan bahwa keuntungan dari bintil akar atau rhizobium yaitu dari sebagian
N yang ditambat tetap berada dalam akar dan bintil akar yang terlepas ke dalam
tanah, nitrogen tersebut akan dimanfaatkan jasad lain dan berakhir dalam bentuk
ammonium dan nitrat. Apabila jasad tersebut mati maka akan terjadi pelapukan,
amonifikasi dan nitrifikasi, sehingga sebagian dari N yang ditambat dari udara
menjadi tersedia bagi tumbuhan itu sendiri dan tumbuhan lain di sekitarnya
(Purwaningsih, 2005). Dari pernyataan ini maka membuktikan bahwa tanaman
kedelai mampu memenuhi kebutuhan N dalam masa pertumbuhannya dan
perkembangannya karena kebutuhan N tanaman bisa dipenuhi dari hasil fiksasi N
dari udara oleh bakteri Rhizobium sehingga kebutuhan akan pupuk N hanya
sedikit.
Tanaman kedelai dalam praktikum banyak
tanaman yang mati hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
faktor iklim yang tidak menentu, perawatan yang kurang tepat seperti penyiraman
pada siang hari, bahka tidak disiram. Perubahan iklim dari panas ke musim
penghujan, dimana bahwa kedelai tidak terlalu banyak membutuhkan air sehingga
ketika hujan dan air menggenang maka menyebabkan tanaman akan busuk dan mati.
Dari data yang dihasilkan terlihat bahwa pada
perlakuan 2 menunjukkan hasil yang lebih bagus dibandingkan dengan yang lainnya
diantaranya rerata tinggi tanaman mencapai 12,35 cm, jumlah daun 13,3, jara
antar ruas 8.7 cm, panjang akar 20,3 cm, jumlah akar 10, 8, dan jumlah bintil
akar 16. 6. Hal ini dikarenakan perlakuan pengolahan media tanam yang berbeda
pada perlakuan 2 ini hanya menggunakan pupuk urea paling sedikit dibandingkan
dengan perlakuan 1 dan 3 yaitu haya 10 kg/ha dan untuk perlakuan 1 dan 3 yaitu
50 kg/ha dan 100 kg/ha. Pemberian pupuk urea yang sedikit akan mendukung
banyaknya jumlah bintil akar pada akar kedelai karena rhizobium akan efektif melakukan
tugasnya jika unsure N dalam tanah tersedia sedikit jika dalam tanah tersedia N
yang cukup maka Rhizobium tidak dapat bekerja efektif. Semakin banyak Rhizobium
dalam akar maka pertumbuhan kedelai semakin baik dan perakaran semakin banyak
sehingga dapat meningkatkan produktifitas tanaman kedelai. Hal ini juga dapat
dilihat dari grafik dibawah ini bahwa pertumbuhan tanaman yang optimal ditandai
dengan banyaknya jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah akar serta jumlah bintil
akar. Akan tetapi dari praktikum yang telah dilakukan selain pengaruh perbedaan
pemberian pupuk keoptimalan pertumbuhan tanaman kedelai juga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan seperti iklim yang tidak menentu.
Grafik 1: Rerata tinggi tanaman
Grafik
2: Rerata jumlah daun
Grafik
3: jarak antar ruas
Grafik 4: pengamatan terakhir
BAB 5. KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Banyaknya
jumlah akar pada tanaman kedelai dipengaruhi oleh ketersedian unsure hara N
dalam tanah, semakin sedikit N maka rhizobium akan semakin lebih efektif dalam
menambat N udara dalm tanah.
2. Morfologi
tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang,
polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal.
3. Indonesia
tergantung pada impor kedelai hal ini dipengaruhi oleh menurunya produksi
tanaman kedelai di Indonesia.
5.2 Saran
Dalam
menanam atau berbudidaya kedelai harus lebih memperhatikan perawatan seperti
penyiraman, pemupukan, penyiangan dan lain – lain agar produksi lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Agroudy,
dkk. 2011. An economic study of the
production of soybean in Egypt. Agriculture And Biology (2): 221-225.
Budhi
dan Amiah. 2010. Swasembada Kedelai Antara Harapan Dan Kenyataan. Agro Ekonomi 28(1) : 55 – 68.
Chianu,
dkk. 2009. Promoting a Versatile but
yet Minor Crop Soybean in the Farming Systems of Kenya. Sustainable Development in Africa 10(4) : 324 – 344.
Fachruddin.
2000. Budidaya Kacang Kacangan.
Kanisius. Yogyakarta.
Hanum,
C. 2009. Ekologi Tanaman. USU prees.
Jakarta.
Lingga
dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan
Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Liu, Mingming. 2010. An Analysis on
Total Factor Productivity and Influencing Factors of Soybean in China. Agricultural Science 2(2) : 158 – 163.
Pitojo,
S. 2003. Seri Penangkaran Benih kedelai.
Kanisius. Yogyakarta.
Priambodo,
A. 2009. Upaya Peningkatan Pertumbuhan
Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati
Dan Pupuk Organik Cair. AgroBiogen 2(2):81-88.
Purwaningsih.
2005. Seleksi Biak Rhizobium dari
Wonogiri, Jawa Tengah terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
pada Media Pasir Steril di Rumah Kaca. Biodiversitas
6(3) : 168-171
Rukmana,
R., dkk. 1996. Kedelai Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.
Suhartono, dkk.
2008. Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
Kedelai (Glysine max (L) Merril) Pada Berbagai Jenis Tanah. Embryo 5(1) : 98 – 112.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar